Rupiah berpeluang menguat meski ruangnya masih tipis

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Nilai tukar rupiah pada awal perdagangan Senin pagi tercatat turun tipis menjadi Rp16.726 per dolar AS, melemah 19 poin dari posisi sebelumnya di Rp16.707 per dolar AS.

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, melihat peluang rupiah untuk menguat, meski bukan dalam skala besar. Sentimen pasar yang mulai pulih memberi angin segar, namun ucapan bernada hawkish dari sejumlah pejabat The Fed masih menahan langkah rupiah.

“Rupiah diperkirakan akan berkonsolidasi dengan kecenderungan menguat terbatas didukung oleh pulihnya sentimen di pasar, namun tertekan oleh pernyataan hawkish dari beberapa pejabat The Fed,” kata Lukman seperti dikutip ANTARA.

Dari jajaran The Fed, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic ingin suku bunga tetap dipertahankan pada pertemuan FOMC Desember 2025. Sementara itu, Presiden The Fed Dallas Lorie Logan menolak ide pemangkasan suku bunga, dan Jeff Schmid dari The Fed Kansas City menilai inflasi AS masih terlalu tinggi.

Sebelumnya, pada rapat 29 Oktober 2025, The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps ke kisaran 3,75 sampai 4 persen. Namun Jerome Powell menegaskan bahwa arah kebijakan selanjutnya masih belum pasti, dan keputusan baru akan dibahas pada FOMC 9 sampai 10 Desember mendatang.

Dari dalam negeri, pelaku pasar memilih menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dan laporan neraca transaksi berjalan kuartal III yang dirilis pekan ini.

Lukman memperkirakan BI berpotensi memangkas suku bunga 25 bps, yang bisa memberi tekanan pada rupiah. Meski begitu, prediksi surplus kecil pada neraca transaksi berjalan dinilai cukup membantu menopang kurs.

Melihat berbagai faktor tersebut, rupiah diperkirakan bergerak pada rentang Rp16.650 sampai Rp16.750 per dolar AS hari ini.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka