Banjir parah di Gaza, puluhan ribu warga kehilangan tempat tinggal

waktu baca 3 menit

PBB (KABARIN) - Empat hari setelah hujan lebat mengakibatkan sebagian besar wilayah Jalur Gaza terendam banjir, warga Palestina hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, ungkap badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (19/11).

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) menyebutkan bahwa situasi tersebut terus berlanjut meskipun PBB dan para mitranya telah berupaya menjangkau masyarakat yang membutuhkan bantuan setelah hujan pada Jumat (14/11) itu.

OCHA mengatakan bahwa perkiraan terbaru menunjukkan lebih dari 18.600 rumah tangga terdampak, sementara ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal atau kembali mengungsi.

"Angka ini terus meningkat seiring para mitra menyelesaikan perhitungan tambahan untuk mengukur sejauh mana kerusakan yang disebabkan oleh badai," ujar OCHA.

Seiring mendekatnya musim dingin, OCHA mengatakan para mitranya yang bertugas menangani penampungan memperingatkan bahwa volume barang yang masuk ke Gaza belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sangat besar.

OCHA memaparkan bahwa sejak kebutuhan pasokan untuk tempat penampungan diizinkan masuk ke Gaza pada September lalu setelah larangan selama enam bulan, badan dunia tersebut, para mitranya, dan negara-negara anggota PBB telah menyalurkan sebanyak 60.000 tenda, 346.000 terpal, dan 309.000 barang perlengkapan tidur. Ratusan ribu orang kini membutuhkan bantuan tempat tinggal segera mengingat musim dingin kian dekat.

Lebih lanjut OCHA mengatakan bahwa sebagai bagian dari respons menjelang musim dingin, para mitranya yang berfokus pada perlindungan anak telah mendistribusikan 48.000 paket pakaian musim dingin untuk anak-anak di seluruh Jalur Gaza sejak berlakunya gencatan senjata pada 10 Oktober.

Badan kemanusiaan PBB tersebut menuturkan para mitranya yang bertugas menangani gizi mencatat penurunan bertahap dalam jumlah pasien yang dirawat akibat malanutrisi dalam dua bulan terakhir, dengan sekitar 9.280 kasus yang dirawat bulan lalu, dibandingkan dengan lebih dari 11.740 kasus pada September. Namun, angka pada Oktober masih hampir empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan angka Januari.

OCHA mengatakan bahwa para mitranya yang menangani air dan sanitasi melaporkan dalam dua hari terakhir mereka telah mendistribusikan popok, handuk, jeriken, dan barang-barang penting lainnya untuk memenuhi kebutuhan terkait kebersihan bagi 400.000 orang.

"Namun, mereka memperingatkan bahwa kondisi sanitasi dan kebersihan di Gaza sangat buruk, karena tidak adanya kapasitas pengolahan air limbah di wilayah tersebut akibat rusaknya infrastruktur secara luas setelah dua tahun perang," ujar OCHA.

Kantor PBB itu menyebutkan bahwa kolam sampah Sheikh Radwan di Jabalya, Gaza utara, berisiko meluap akibat hujan. Para mitra hanya dapat memberikan solusi jangka pendek dengan membuang limbah ke laut.

"Kondisi sistem sanitasi Gaza yang rusak parah mengancam kesehatan masyarakat, termasuk dengan meningkatkan risiko penyebaran infeksi bakteri melalui kontak dengan limbah atau air yang terkontaminasi," kata OCHA.

Kantor PBB itu terus mendesak agar barang-barang yang saat ini dibatasi masuk ke Gaza, termasuk peralatan untuk memperbaiki infrastruktur vital, diizinkan masuk ke wilayah tersebut.

Selain itu, OCHA juga menegaskan kembali perlunya memberikan izin bagi organisasi nonpemerintah untuk menyalurkan bantuan ke Gaza, serta membuka perlintasan dan rute tambahan agar PBB beserta mitranya dapat menjangkau masyarakat yang membutuhkan dengan lebih cepat dan efisien.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka