Dewan Pers diminta untuk panggil Trans7 terkait kasus pesantren

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Ketua Komisi VIII DPR RI, Marwan Dasopang, buka suara soal tayangan program “Xpose Uncensored” di Trans7 yang belakangan menuai kritik tajam. Tayangan itu dinilai melecehkan martabat ulama dan menggiring opini negatif tentang pesantren, terutama terhadap Kiai Anwar Manshur dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.

“Laporan seperti itu tidak bisa dibenarkan. Pesantren adalah lembaga yang membangun nilai moral dan adab. Jangan diputarbalikkan menjadi jahat dan perusak,” tegas Marwan dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (14/10).

Menurutnya, konten Trans7 tersebut sangat berbahaya karena bisa menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat. Ia menilai, narasi yang dibangun justru mencoreng citra pesantren yang selama ini dikenal sebagai benteng moral bangsa.

“Gambaran buruk yang disuguhkan dengan segala bumbu narasi sangat jahat. Jika Trans7 tidak memahami pesantren, maka belajar dulu, baru membuat liputan,” lanjutnya.

Marwan juga meminta Dewan Pers untuk memanggil pimpinan redaksi Trans7 agar bisa dimintai penjelasan dan evaluasi terkait tayangan itu. Sebagai pimpinan Komisi yang membidangi urusan agama, ia menegaskan bahwa pesantren adalah lembaga yang berjasa besar mencetak generasi berakhlak mulia.

“Kami di Komisi VIII berjuang agar pondok pesantren tetap eksis sebagai lembaga pendidikan yang melahirkan generasi cerdas dan berakhlak baik,” ujar Marwan.

Sementara itu, Direktur Produksi Trans7 Andi Chairil telah menyampaikan permohonan maaf secara terbuka atas tayangan tersebut. Dalam video pernyataannya, Andi menegaskan bahwa pihaknya tidak bermaksud melecehkan ulama atau pesantren.

“Kami ingin menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo Kiai Haji Anwar Manshur beserta keluarga besar, juga para pengasuh, santri, dan alumni dari Pondok Pesantren Lirboyo,” ucap Andi.

Ia menambahkan bahwa kelalaian terjadi karena kurang telitinya proses penyuntingan dan penyaringan materi dari pihak luar. “Kami mengakui kelalaian dalam isi pemberitaan itu, di mana kami tidak melakukan sensor yang mendalam secara teliti terhadap materi dari pihak luar. Namun, kami tidak berlepas tanggung jawab atas kesalahan tersebut,” kata Andi.

Menurutnya, Trans7 juga telah menyampaikan permohonan maaf langsung kepada salah satu putra Kiai Anwar Manshur pada Senin (13/10) malam.

Kasus ini memicu perbincangan hangat di media sosial, dengan tagar #BoikotTrans7 sempat ramai dibicarakan. Banyak warganet dan tokoh publik menilai media seharusnya lebih sensitif terhadap budaya dan nilai-nilai pesantren yang sudah menjadi bagian penting dari identitas bangsa.

Baca juga: Ramai #BoikotTrans7, saatnya media belajar memahami budaya pesantren

Baca juga: Komisi VI DPR semprot Trans7 soal tayangan yang lecehkan Kiai Lirboyo

Bagikan

Mungkin Kamu Suka