Jakarta (KABARIN) - Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono berharap program “Jakarta Siaga Stroke” yang digagas Pemprov DKI Jakarta bisa benar-benar menekan angka kejadian, kecacatan, dan kematian akibat stroke di ibu kota.
"Jakarta menjadi salah satu pionir di Indonesia untuk melaksanakan program siaga stroke. Diharapkan setelah ini, angka stroke kematiannya menjadi menurun, kecacatannya menjadi menurun dan masyarakat di Jakarta menjadi lebih sehat," ujar Dante di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat.
Program ini dirancang untuk memastikan setiap warga Jakarta punya pengetahuan, akses, dan layanan yang memadai terkait risiko stroke. Bukan cuma soal respons darurat, tapi juga menguatkan kesadaran masyarakat buat peka sama gejala awal dan cepat bertindak.
Selain itu, Jakarta Siaga Stroke juga mengutamakan koordinasi cepat antara fasilitas kesehatan, layanan gawat darurat, dan tenaga medis terlatih. Menurut Dante, kalau program ini berjalan baik, daerah lain di Indonesia diharapkan bisa ikut menerapkan hal serupa.
Dante juga menyinggung soal sistem informasi manajemen puskesmas terintegrasi bernama JakSIMPUS, yang dikembangkan Pemprov DKI. Sistem ini diharapkan bisa memperkuat layanan puskesmas, termasuk penanganan stroke, dan nantinya terhubung dengan platform nasional Satu Sehat.
Dengan integrasi tersebut, pelayanan kesehatan bisa lebih efisien karena petugas cukup memakai satu platform untuk berbagai laporan. "Kami mengidentifikasi ada ratusan laporan yang harus diisi petugas kesehatan di puskesmas ini disimplifikasi dengan JakSIMPUS, dan salah satunya ini nanti akan jadi contoh pula untuk daerah-daerah lainnya di Indonesia," kata Dante.
Dante mengingatkan bahwa stroke masih menjadi salah satu penyebab kecacatan dan kematian tertinggi di dunia, dengan lebih dari 350 ribu kematian per tahun. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stroke nasional mencapai 8,3 persen.
Di Jakarta sendiri, dengan lebih dari 11,7 juta penduduk, tercatat 24.981 kasus stroke berdasarkan diagnosis dokter. Angka kecacatan akibat stroke di Jakarta juga terbilang tinggi, yaitu 21,4 persen, dan 2,9 persen di antaranya berakhir dengan kematian.
Karena itu, Dante menegaskan pentingnya penanganan cepat, terutama dalam golden period 4,5 jam sejak gejala muncul. "Masa tunggunya (golden periode)-nya hanya 4,5 jam dari mulai gejala sampai ditangani dengan masuknya obat," tegasnya.
Melalui program Jakarta Siaga Stroke dan penguatan sistem layanan kesehatan, pemerintah berharap makin banyak warga yang bisa diselamatkan dan pulih tanpa kecacatan berat.
Editor: Raihan Fadilah
Copyright © KABARIN 2025