Jakarta (KABARIN) - Aksi demonstrasi yang kemudian menjadi isu paling menyedot perhatian bangsa Indonesia belakangan ini bermula dari 25 Agustus 2025, yang diawali di Jakarta dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Sebelum kemudian berkembang menjadi kerusuhan dan meluas ke sejumlah kota besar seperti Surabaya, Bandung, Makassar, Solo, dan Yogyakarta.
Senin, 25 Agustus
Ribuan orang dari berbagai latar belakang merangsek ke kawasan Gedung DPR/MPR RI di Jakarta. Mereka mengusung beberapa tuntutan, di antaranya transparansi dan pemangkasan tunjangan DPR, reformasi etika dan akuntabilitas lembaga legislatif, serta penolakan terhadap sejumlah RUU kontroversial.
Situasi kemudian memanas ketika aparat menahan massa tambahan di bawah flyover Jalan Gerbang Pemuda, Jakarta Pusat. Bentrokan pun mulai terjadi antara aparat dan demonstran.
Aksi pun kemudian meluas ke berbagai titik di Jakarta hingga memicu penutupan sejumlah ruas jalan dan penghentian operasional transportasi umum di area-area terdampak. Banyak demonstran ditahan polisi, dan yang mencengangkan, sebagian di antara mereka adalah anak-anak di bawah umur.
Kamis, 28 Agustus
Di tengah memanasnya tensi demonstrasi, seorang pengemudi ojek online (ojol) bernama Affan Kurniawan akhirnya tewas setelah terlindas kendaraan taktis (rantis) Brimob di tengah demonstrasi berlangsung.
Peristiwa yang terekam kamera warga itu pun kemudian dengan cepat beredar luas di media sosial dan semakin menyulut kemarahan masyarakat.
Tuntutan demonstran yang semula seputar kompensasi DPR dan RUU pun bergeser menjadi aksi solidaritas untuk Affan Kurniawan dan mendorong rekan sejawat sesama ojol meningkatkan aksinya.
Jumat, 29 Agustus
Ribuan orang kemudian bergerak menuju Mako Brimob di Kwitang, Jakarta Pusat dan melanjutkan aksinya hingga Jumat (29/8). Massa yang marah membuat bentrokan dengan aparat pun tak terhindarkan. Aparat bahkan menambakkan gas air mata untuk membubarkan massa, meskipun pendemo tetap bertahan.
Setelah shalat Jumat, Aliansi BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) bergerak memulai aksi di depan Polda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman. Titik kumpul bertema “Tanya Brimob” menjadi simbol tuntutan terhadap institusi Polri. Aksi yang relatif kondusif ini kemudian membubarkan diri ketika hujan deras mengguyur Jakarta.
Di Mako Brimob Kwitang, bentrok antara massa dan aparat keamanan kembali terjadi. Massa menerobos barikade TNI dan melemparkan petasan, batu, serta bom molotov ke arah aparat. Sementara aparat menembakkan gas air mata secara masif.
Beberapa mobil yang diparkir di depan Mako Brimob dibakar massa. Hingga sore, kerusuhan meluas ke beberapa titik di Jakarta. Bahkan, Markas Gegana di Kramat Raya, Jakarta Pusat juga porak poranda.
Kadiv Propam Polri Irjen Pol Abdul Karim menyatakan bahwa kasus tewasnya Affan akibat terlindas kendaraan taktis Brimob akan ditangani secara cepat dan transparan dengan melibatkan Propam dan Korps Brimob.
Sementara Pemerintah mengimbau agar aksi dilakukan secara damai dan tidak merusak fasilitas publik.
Demonstrasi yang diwarnai aksi kekerasan meluas ke beberapa kota besar di antaranya Bandung di Jawa Barat, Surabaya (Jawa Timur), Makassar (Sulawesi Selatan), Yogyakarta dan Solo (Jawa Tengah) pada Jumat.
Bandung
Di Kota Kembang, massa membakar pos polisi di Jalan Diponegoro dan videotron di Cikapayang. Dinding pos polisi pun dipenuhi coretan vandalisme. Ratusan pendemo bertahan hingga malam hari, membakar ban, dan berusaha menerobos masuk Gedung Sate setelah gagal menjebol Gedung DPRD Jabar.
Surabaya
Di Kota Pahlawan, massa yang menamakan diri Solidaritas Affan Kurniawan melakukan longmarch menuju Gedung Grahadi. Aksi semakin memanas hingga terjadi bentrokan dengan aparat. Akibat kerusuhan tersebut, berbagai fasilitas umum dirusak, termasuk tujuh pos polisi dibakar massa.
Makassar
Di Makassar, sejumlah kantor, mulai dari pemerintah hingga fasilitas umum, tidak luput dari amukan massa. Kerusuhan di kota ini memakan tiga korban jiwa saat massa membakar kantor DPRD Makassar.
Sementara itu di Jakarta, berbagai pihak menyayangkan insiden terlindasnya pengemudi ojol Affan Beberapa pejabat negara juga meminta maaf atas peristiwa tersebut serta mengucapkan belasungkawa kepada keluarga korban, termasuk Ketua DPR RI Puan Maharani dan Kapolri Listyo Sigit Prabowo.
Presiden RI Prabowo Subianto dalam video keterangan pers dalam akun YouTube Sekretariat Presiden memerintahkan kepada jajaran penegak hukum agar insiden kendaraan taktis (rantis) Brimob yang mengakibatkan tewasnya pengemudi ojek online (ojol) diusut secara tuntas dan transparan.
"Saya sudah perintahkan agar insiden tadi malam diusut secara tuntas dan transparan serta petugas-petugas yang terlibat harus bertanggung jawab," kata Presiden Prabowo dalam video yang direkam di kediamannya di Hambalang.
Presiden menegaskan bahwa petugas yang terlibat dalam insiden itu harus bertanggung jawab.
Presiden yang menyatakan "terkejut sekaligus kecewa" atas tindakan aparat kemudian mengunjungi rumah korban di Jl Blora, Jakarta Pusat, pada Jumat malam.
Menyadari potensi meluasnya ketidakpuasan masyarakat akibat insiden ini, Presiden mengimbau publik agar tetap tenang dan mempercayakan seluruh penanganannya pada pemerintah.
"Dalam situasi seperti ini, saya menghimbau semua masyarakat untuk tenang untuk percaya dengan pemerintah yang saya pimpin," kata Prabowo.
Presiden juga mengingatkan adanya pihak-pihak yang berpotensi memanfaatkan situasi untuk menciptakan kekacauan di tengah ikhtiar pemerintah melakukan pembenahan di berbagai sektor menuju kemandirian bangsa.
Hingga Sabtu (30/8) intensitas demonstrasi turun dan reda. Lalu lintas di depan kompleks DPR RI di Senayan, Jakarta sudah bisa dilalui warga. Meski demikian, operasi transportasi umum di beberapa titik masih belum berjalan normal.
Tapi, pada siang hari ini, sebagian massa masih berada di depan Gedung DPR/MPR.