Mikroplastik yang di udara yang terinhalasi, untuk ukuran di atas 5 mikrometer (μm) umumnya hanya sampai saluran napas atas. Efeknya menyebabkan iritasi di hidung dan saluran napas atas...
Jakarta (KABARIN) - Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Agus Dwi Susanto bilang kalau kita terpapar mikroplastik dalam jangka panjang, risiko penyakit paru-paru meningkat mulai dari asma sampai kanker.
Agus menjelaskan di Jakarta Kamis, penyakit lain yang bisa muncul antara lain PPOK, peradangan paru, dan fibrosis paru. Mikroplastik sendiri adalah partikel plastik halus berukuran 1 μm sampai 5 mm yang berasal dari degradasi plastik.
"Mikroplastik yang ukurannya di atas 5 mikrometer biasanya cuma sampai saluran napas atas. Dampaknya bikin hidung berair, gatal, sakit tenggorokan, dan batuk," ujar Agus.
Kalau ukurannya lebih kecil, antara 0,5 μm sampai di bawah 5 μm, partikel ini bisa masuk ke saluran napas bawah dan alveoli paru. Efeknya bisa menyebabkan iritasi, peradangan, batuk, batuk berdahak, dan sesak napas. Bagi orang dengan asma atau PPOK, paparan mikroplastik bisa memicu serangan lebih sering.
Mikroplastik bisa berasal dari dua sumber, primer dari kosmetik, produk perawatan diri, detergen, atau insektisida. Sementara skunder muncul dari botol plastik, kantong plastik, penyimpanan makanan, dan sejenisnya.
Partikel ini bisa terbawa udara, menempel di tanah, sayuran, atau makanan, dan masuk ke tubuh. Yang ada di udara bisa terhirup lewat hidung dan masuk ke paru-paru.
Agus menyarankan untuk pakai masker saat di luar ruangan terutama saat polusi atau banyak debu, istirahat cukup, dan makan bergizi supaya daya tahan tubuh terjaga. Dia juga mengingatkan untuk mengurangi mikroplastik di udara dengan tidak membakar sampah, mengelola sampah dengan benar, dan kurangi penggunaan plastik sehari-hari.