Level Gunung Lewotobi turun dari Awas ke Siaga

waktu baca 3 menit

Labuan Bajo (KABARIN) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menurunkan status Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) dari Level IV (Awas) ke Level III (Siaga).

"Berdasarkan analisis visual dan instrumental, aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki terjadi penurunan secara bertahap. Oleh karena itu, tingkat aktivitasnya diturunkan dari Level IV (Awas) menjadi Level III (Siaga) pada 25 Oktober 2025, pukul 16.00 WITA," kata Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Minggu.

Wafid menyampaikan hal tersebut dalam laporan khusus penurunan tingkat aktivitas Gunung Lewotobi Laki-Laki, NTT Level IV (Awas) ke Level III (Siaga) Tanggal 25 Oktober 2025 pukul 16.00 WITA.

Wafid menambahkan berdasarkan aktivitas kegempaan periode 20-24 Oktober 2025, tercatat sebanyak empat kali gempa guguran, enam kali gempa hembusan, dua kali gempa harmonik, 98 kali gempa tremor non-harmonik, 12 kali gempa low frekuensi, 39 kali gempa vulkanik dalam, satu kali gempa tektonik lokal, dan 35 kali gempa tektonik jauh. Erupsi terakhir terjadi pada 18 Oktober 2025 pukul 00.44 WITA.

Lebih lanjut, ia mengatakan dalam satu minggu terakhir jumlah gempa guguran dan hembusan menurun seiring dengan berkurangnya gempa vulkanik dalam. Kondisi ini mengindikasikan bahwa aktivitas vulkanik sedang mengalami penurunan secara bertahap, sehingga suplai magma dari kedalaman ke permukaan juga berkurang.

"Hal ini menunjukkan adanya proses menuju kestabilan dalam jangka pendek atau kemungkinan adanya hambatan di saluran magma (conduit) yang menghalangi pergerakan material ke permukaan," katanya.

Sementara itu, lanjut dia, gempa tremor non-harmonik masih terekam dengan jumlah yang fluktuatif, menandakan aktivitas di kedalaman dangkal masih berlangsung dan erupsi dengan skala yang lebih kecil masih mungkin terjadi.

Secara visual dan berdasarkan data kegempaan, aktivitas Lewotobi Laki-laki mulai menunjukkan tren penurunan, meskipun tingkat aktivitasnya masih tergolong tinggi.

Data deformasi dari tiltmeter menunjukkan pola yang relatif stabil dan belum memperlihatkan tanda-tanda inflasi yang signifikan di permukaan.

Sementara itu, data dari Global Navigation Satellite System (GNSS) masih menunjukkan fluktuasi pada komponen vertikal selama satu minggu terakhir, namun dalam tiga hari terakhir terpantau mengalami penurunan.

"Kondisi ini mengindikasikan bahwa pergerakan magma dari kedalaman dalam ke arah dangkal masih berlangsung, meskipun dengan intensitas yang mulai berkurang," ungkapnya.

Ia mengimbau masyarakat dan wisatawan dilarang beraktivitas dalam radius enam km dari pusat erupsi, serta tetap tenang dan mengikuti arahan dari pemerintah daerah.

"Masyarakat juga diminta untuk tidak mempercayai informasi yang tidak jelas sumbernya," katanya.

Selain itu, masyarakat di sekitar wilayah rawan bencana agar mewaspadai potensi banjir lahar apabila terjadi hujan lebat, terutama pada daerah aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-laki, seperti di Nawakote, Dulipali, Nobo, Hokeng Jaya, hingga Nurabelen.

Warga yang terdampak hujan abu juga dianjurkan menggunakan masker atau penutup hidung dan mulut untuk melindungi saluran pernapasan.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka