Persatuan serta kemandirian jadi landasan kekuatan baru ASEAN

waktu baca 5 menit

Jakarta (KABARIN) - Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan dinamika ekonomi global, Indonesia menegaskan pentingnya solidaritas dan persatuan antarnegara ASEAN sebagai landasan utama untuk menjaga stabilitas dan memperkuat ketahanan kawasan.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur, Malaysia, Presiden RI Prabowo Subianto menekankan bahwa persatuan ASEAN merupakan kekuatan utama dalam menghadapi ketegangan global yang semakin meningkat.

“Persatuan ASEAN juga harus tercermin dalam koordinasi, integrasi, dan transformasi ekonomi yang lebih kuat untuk menghadapi guncangan eksternal dan ketidakpastian di masa depan,” ujar Prabowo.

Dengan menekankan pentingnya persatuan, kemandirian, dan kerja sama berkelanjutan, Indonesia menunjukkan bahwa kekuatan sejati ASEAN terletak pada kemampuannya untuk tetap bersatu menghadapi tekanan dunia yang semakin kompleks.

Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP), arah kerja sama masa depan

Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (ASEAN Outlook on the Indo-Pacific/AOIP) adalah warisan diplomasi Indonesia yang kini menjadi instrumen strategis ASEAN dalam menjaga kemandirian dan stabilitas kawasan.

Dalam KTT ASEAN di Malaysia, Indonesia menegaskan komitmennya untuk mendorong penerapan AOIP, yang merupakan kerangka kerja sama yang menekankan kolaborasi terbuka dan inklusif serta menolak polarisasi geopolitik di kawasan.

Sementara itu, dalam Forum ASEAN-Indo-Pasifik (AIPF) yang menjadi bagian dari rangkaian KTT tersebut, implementasi AOIP menjadi topik sentral, dengan fokus pada upaya memperdalam kerja sama dan memperkuat peran ASEAN sebagai poros stabilitas dan pertumbuhan di kawasan Indo-Pasifik.

Seluruh rangkaian AIPF 2025 difokuskan pada diskusi inisiatif-inisiatif konkret, meliputi upaya mengintegrasikan ekonomi ASEAN dan Kawasan Pasifik dengan mitra strategis dan inisiatif pengembangan berkelanjutan lintas batas melalui ASEAN Common Carbon Framework, ASEAN Power Grid, dan Cross-Border Payment.

Penguatan implementasi AOIP tersebut dimaksudkan agar AOIP tidak hanya sebatas pernyataan politik tetapi juga menjadi program nyata antarnegara ASEAN sekaligus menjadi wujud kemandirian kawasan di tengah situasi geopolitik yang sedang terjadi.

Selain itu, ASEAN dan Jepang berkomitmen menjalankan implementasi AOIP sebagai upaya menghadapi tantangan global, serta memandang AOIP sebagai platform bersama untuk memperkuat tatanan kawasan yang terbuka, transparan, inklusif, tangguh, serta berlandaskan hukum dan prinsip internasional.

Kerja sama ekonomi dan pembangunan berkelanjutan

Indonesia juga terus mendorong inisiatif-inisiatif pembangunan berkelanjutan, termasuk kolaborasi dalam energi terbarukan, pengelolaan hutan tropis, dan ekonomi sirkular.

Menurut ASEAN Centre for Energy (ACE), Indonesia telah menunjukkan upaya untuk menambah lebih banyak energi terbarukan guna mencapai target Energi Terbarukan (ET) sebesar 23 persen pada 2025.

Di antara ET, tenaga air saat ini memegang pangsa energi primer terbesar sebanyak 49,4 persen, bioenergi sebesar 25,5 persen, panas bumi sebesar 19,5 persen, dan tenaga surya PV dan angin sebesar 5,5 persen, serta konsumsi daya listrik sekitar 1.092 kWh per kapita.

Selain itu, Indonesia juga berkomitmen untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan energi terbarukan dengan negara-negara Mekong Basin, yaitu Kamboja, Thailand, Laos, Myanmar, dan Vietnam, di mana lima negara tersebut juga negara anggota ASEAN.

Indonesia menilai bahwa pihaknya dapat berkolaborasi dengan negara-negara Mekong Basin dalam mempersiapkan ketahanan energi, salah satunya dengan mengembangkan tenaga air (hydropower) di negara-negara Mekong Basin tersebut.

Selain itu, melalui ASEAN Blue Economy Framework, Indonesia aktif dalam memperkuat kerja sama kelautan dan perlindungan sumber daya laut yang berkelanjutan — sejalan dengan agenda global untuk mitigasi perubahan iklim.

Salah satunya, Indonesia menjadi tuan rumah untuk Proyek Profil Karbon Biru dan Keuangan ASEAN (ASEAN Blue Carbon and Finance Profiling/ABCF) pada Mei 2025 guna memperkuat pengelolaan ekosistem karbon biru yang berkelanjutan.

Profil karbon biru mencakup pemetaan dan penilaian cadangan karbon di ekosistem laut dan perairan darat dengan teknologi satelit dan riset lapangan. Inisiatif itu bertujuan membuka pembiayaan inovatif guna memperkuat ketahanan iklim dan mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif di ASEAN dan Timor Leste.

Menuju ASEAN yang tangguh dan inklusif

Menurut pengamat hubungan internasional Arie Afriansyah, Indonesia dapat berperan sebagai penggerak kepemimpinan kawasan melalui diplomasi yang inklusif di mana diplomasi tersebut melibatkan semua pihak yang terlibat dalam konflik atau sengketa sehingga semua pihak merasa terlibat, dan menjadi contoh bagi negara ASEAN lainnya.

Diplomasi yang inklusif memungkinkan setiap negara anggota merasa memiliki peran yang sama dalam menentukan arah masa depan ASEAN, sehingga memperkuat kohesi dan kepercayaan di antara negara-negara anggota.

Proses penerimaan Timor-Leste sebagai anggota ASEAN mencerminkan praktik diplomasi inklusif yang menitikberatkan dialog, pendampingan, dan konsensus, serta bergabungnya Timor-Leste secara resmi ke ASEAN menjadi tonggak penting bagi terwujudnya kawasan yang tangguh, terbuka, dan berorientasi pada masa depan.

Keputusan tersebut menegaskan bahwa ASEAN tidak hanya wadah kerja sama ekonomi dan politik, melainkan juga simbol solidaritas regional yang memberikan kesempatan bagi seluruh negara Asia Tenggara untuk tumbuh dan maju bersama dalam semangat kesetaraan.

Hal itu juga memperlihatkan bahwa kekuatan sejati kawasan terletak pada kemampuan untuk saling mendukung dan berkembang kolektif, bukan hanya pada laju pertumbuhan ekonomi, sekaligus memperkuat citra ASEAN di mata dunia sebagai organisasi regional yang menjunjung tinggi kebersamaan, konsensus, dan kolaborasi konstruktif.

Dengan keanggotaan penuh Timor-Leste, ASEAN kini tidak hanya komunitas beranggotakan 11 negara, tetapi juga simbol persatuan Asia Tenggara yang beragam namun solid.

Dan dengan dukungan Indonesia, ASEAN diharapkan mampu bertumbuh sebagai komunitas yang solid, inklusif, dan adaptif, serta menghadirkan dampak nyata bagi seluruh masyarakat di kawasan dan memperkuat kontribusinya untuk perdamaian dan kesejahteraan global.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka