Dokter ingatkan pemeriksaan detail penting untuk tangani stroke pada anak

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Kasus stroke ternyata tidak hanya menyerang orang dewasa, tapi juga bisa terjadi pada anak-anak. Dokter spesialis saraf, dr. Bambang Tri Prasetyo, mengatakan bahwa penanganan stroke pada anak harus dilakukan secara menyeluruh dengan pemeriksaan mendalam agar penyebab pastinya bisa diketahui.

“Stroke usia anak harus lebih detail pemeriksaan faktor risikonya, dari jantung, komponen darah, kalau memang ada kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah harus dihilangkan agar risiko stroke dia di kemudian hari tidak berulang,” ujar Bambang dalam sebuah diskusi daring di Jakarta.

Menurut Bambang, stroke pada anak sering kali disebabkan oleh kelainan jantung, gangguan pada pembuluh darah, atau bahkan masalah gizi buruk. Pada bayi dan anak kecil, kondisi ini bisa terjadi akibat adanya penyumbatan darah dari gumpalan yang terbentuk di jantung dan mengalir ke otak. Selain itu, kekurangan vitamin K juga bisa menjadi salah satu pemicunya.

Ia menambahkan, ada juga kasus stroke akibat perdarahan di bagian otak yang berisi cairan atau disebut intraventrikel. Untuk memastikan penyebab pastinya, diperlukan pemeriksaan lanjutan seperti CT Angiografi kepala atau Digital Subtraction Angiography (DSA) otak.

“Nanti baru ketahuan benar gak ada kelainan pembuluh darah yang menyebabkan dia pecah, karena kadang-kadang ada yang umurnya 7 tahun, 8 tahun atau belasan 15, 12 tahun tiba-tiba ada lumpuh setelah dilakukan CT Scan ada perdarahan,” kata Bambang.

Meski proses pemulihan stroke pada anak umumnya lebih cepat dibanding orang dewasa, Bambang mengingatkan bahwa risiko kambuh di masa depan bisa meningkat seiring bertambahnya usia.

Karena itu, pengobatan perlu dilakukan dengan hati-hati, termasuk dalam pemberian obat pengencer darah yang dosisnya harus disesuaikan dengan usia anak. Stroke juga dapat mengganggu kemampuan motorik anak, seperti berjalan atau bergerak, dan bila berulang bisa menimbulkan beban tambahan bagi keluarga.

“Makanya kita harus benar-benar melakukan pemeriksaan faktor resiko dengan baik, dan melakukan pengobatan, agar pemulihannya bisa maksimal,” tutup Bambang.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka