Trump ogah hadiri KTT G20 di Afsel gara-gara isu HAM petani kulit putih

waktu baca 2 menit

Tokyo (KABARIN) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali membuat pernyataan mengejutkan. Melalui unggahan di media sosial pada Jumat (7/11), Trump memastikan bahwa Amerika Serikat tidak akan menghadiri KTT G20 di Afrika Selatan pada akhir November ini — dengan alasan yang lagi-lagi memicu kontroversi: isu perlakuan terhadap petani kulit putih di negara tersebut.

Trump menuding bahwa Afrika Selatan telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia dengan memperlakukan para petani kulit putih secara tidak adil.

“Sungguh memalukan bahwa G20 akan diselenggarakan di Afrika Selatan. Orang-orang Afrikaner sedang dibunuh dan disembelih, sementara tanah dan lahan pertanian mereka dirampas secara ilegal,” tulis Trump dalam pernyataannya.

Afrika Selatan tahun ini menjadi negara Afrika pertama yang memegang presidensi G20, sebuah momentum bersejarah yang akan menempatkan Johannesburg di sorotan dunia. KTT dua hari itu dijadwalkan berlangsung pada 22–23 November 2025, menghadirkan para pemimpin dari 20 negara ekonomi utama dunia.

Namun, keputusan Trump menolak hadir — bahkan menolak mengirim wakilnya, Wakil Presiden JD Vance — membuat kehadiran Amerika Serikat di forum ekonomi global tersebut menjadi tanda tanya besar.

Isu lama

Komentar Trump soal “ketidakadilan terhadap petani kulit putih” bukan hal baru. Pada September lalu, ia sudah lebih dulu menyatakan tidak akan hadir di G20 dan menyinggung isu serupa. Pernyataan itu menuai kritik luas, baik di dalam maupun luar negeri, karena dianggap menyederhanakan persoalan kompleks terkait reformasi agraria di Afrika Selatan.

Pemerintah Afrika Selatan sebelumnya menegaskan bahwa kebijakan redistribusi tanah yang dijalankan bertujuan untuk memperbaiki ketimpangan historis akibat warisan apartheid, bukan menyerang kelompok tertentu.

Meski absen tahun ini, Trump mengaku menantikan KTT G20 tahun depan, yang rencananya akan digelar di resor golf miliknya di Miami, Florida. Ia mengatakan ingin menjadikan forum tersebut sebagai ajang untuk menunjukkan “keberhasilan luar biasa” pemerintahannya.

Pernyataan itu menandakan bahwa Trump berencana menggunakan panggung internasional sebagai etalase politik untuk kebijakan domestiknya menjelang tahun pemilu berikutnya.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka