Indonesia & Norwegia adakan pertemuan bilateral untuk bahas sampah plastik

waktu baca 2 menit

Belém (KABARIN) - Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia, Andreas Bjelland Eriksen, untuk membahas upaya bersama dalam menangani sampah plastik yang semakin menjadi isu global.

"Membahas kesiapan Indonesia untuk menjadi lead di dalam langkah penanganan polusi plastik," kata Hanif Faisol di sela-sela Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) di Belém, Brasil, Rabu (12/11) waktu setempat.

Hanif menegaskan, Indonesia sangat berkomitmen untuk mengatasi persoalan sampah plastik di dalam negeri. Ia menyebut, pemerintah terus memperkuat upaya pengelolaan sampah secara bertahap dan terukur.

"Indonesia sangat kuat tekad untuk kemudian mengurangi secara bertahap polusi plastik di Tanah Air. Kita negara besar tentu memiliki timbulan sampah yang cukup besar," ujarnya.

Hanif mengungkapkan bahwa Indonesia menghasilkan sekitar 143 ribu ton sampah setiap hari, dan dari jumlah itu, sekitar 12 hingga 17 persen merupakan sampah plastik.

“Dari 143 ribu ton (sampah) per hari, 12–17 persennya merupakan sampah plastik yang sudah sekian tahun belum bisa kita tangani dengan serius,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa penanganan masalah sampah plastik tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah, melainkan harus melibatkan banyak pihak, baik dari sektor publik maupun swasta, agar penanganannya bisa dilakukan secara masif, terukur, dan sistematis.

"Sehingga apa yang diminta oleh Bapak Presiden melalui Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Indonesia akan mampu menyelesaikan penanganan sampah selesai 100 persen di tahun 2029," tegas Hanif.

Selain membahas isu polusi plastik bersama Norwegia, Hanif juga melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan Republik Kongo, Arlette Soudan-Nonault. Pertemuan ini fokus pada kerja sama pemulihan lahan gambut yang menjadi salah satu langkah penting dalam menjaga ekosistem global.

Langkah diplomasi lingkungan ini menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya serius menangani persoalan sampah di dalam negeri, tetapi juga aktif berperan dalam solusi global untuk masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka