Washington (KABARIN) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menyorot perhatian dunia setelah menyatakan bahwa Washington akan melanjutkan uji coba senjata nuklir. Menurutnya, langkah itu diambil karena negara lain juga melakukan hal serupa, sehingga AS “tidak punya pilihan”.
Pernyataan tersebut ia sampaikan pada Jumat (14/11) saat berada di pesawat kepresidenan Air Force One.
“Saya yang merenovasi dan membangun beberapa (senjata nuklir). Saya benci melakukannya, tetapi saya tidak punya pilihan, karena mereka memilikinya,” ujar Trump.
Trump menegaskan bahwa Amerika Serikat memiliki persenjataan nuklir paling besar di dunia.
Pada kesempatan berbeda, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan rencana melanjutkan uji coba nuklir dilakukan demi memastikan keamanan dan kesiapan senjata militer AS.
Trump juga menambahkan bahwa negara lain terus memperbarui kemampuan nuklir mereka—dan AS harus “mengikuti perkembangan tersebut”.
Meski begitu, Trump menyebut dirinya tetap mendukung upaya denuklirisasi global.
“Kami punya lebih banyak [senjata nuklir]. Rusia nomor dua, China di posisi ketiga, tetapi dalam beberapa tahun ke depan mereka bisa sejajar dengan kami. Yang saya inginkan adalah denuklirisasi,” katanya.
Trump sebelumnya mengaku telah memerintahkan Departemen Perang—nama lama Departemen Pertahanan AS—untuk segera memulai kembali uji coba nuklir. Ia beralasan langkah itu “tepat”, mengingat pihak lain juga melakukan uji coba.
Pernyataan tersebut langsung memicu reaksi global. Juru bicara Rusia, Dmitry Peskov, memperingatkan bahwa jika AS benar-benar melanjutkan uji coba nuklir, maka itu akan menjadi akhir dari larangan uji coba nuklir yang telah berlangsung lama.
Menurut Peskov, Presiden Rusia Vladimir Putin telah berkali-kali menegaskan bahwa jika negara lain memulai uji coba, Rusia akan “bertindak sesuai”.
Sumber: Sputnik–OANA