Jakarta (KABARIN) - Polda Metro Jaya mengungkap bahwa anak berkonflik dengan hukum atau ABH yang terlibat dalam insiden ledakan di SMAN 72 Jakarta diduga mendapatkan bahan peledak lewat platform belanja online.
Informasi ini disampaikan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Budi Hermanto usai memeriksa ayah dari ABH pada Jumat.
"Iya, seperti itu (beli online), karena kan orang tuanya yang menerima (paket)," ujar Budi.
Ia menuturkan bahwa keluarga tidak menaruh curiga karena ABH mengatakan paket tersebut berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler sekolah.
"Kalau barang-barang paket yang diterima itu, itu kan untuk ekstrakurikuler sekolah. Jadi, tidak ada kecurigaan dari keluarga juga," kata Budi.
Meski begitu, polisi belum bisa memastikan dari mana bahan tersebut dibeli. Pemeriksaan masih berjalan dan ABH belum bisa dimintai keterangan karena kondisinya belum memungkinkan.
"Ini masih belum bisa kita dalami karena ABH juga anak-anak, status anak di bawah umur, jadi harus pelan-pelan," ucap Budi.
Dari hasil pemeriksaan keluarga, tidak ditemukan perubahan perilaku mencolok pada diri ABH sebelum kejadian terjadi.
"Sudah dimintai keterangan, lanjutan, ayahnya sama kakaknya, dan menurut hasil pemeriksaan, secara umum tidak ada perubahan," jelas Budi.
Sebelumnya, tim Puslabfor Bareskrim Polri menemukan bahan peledak berkekuatan rendah di rumah ABH saat melakukan pemeriksaan terkait peristiwa ledakan pada 7 November 2025.
"Kita melakukan pemeriksaan di rumah ABH. Di sana, kita mendapatkan bahan bahan peledak yang memiliki kekuatan ledak rendah (low eksplosif)," ujar Kepala Bidang Balistik dan Metalurgi Forensik Polri Kombes Pol Ari Kurniawan Jati dalam konferensi pers 11 November 2025.
Ia menegaskan bahwa bahan yang ditemukan di rumah ABH sesuai dengan temuan olah TKP insiden ledakan di SMAN 72.
"Dengan kata lain, bahwa bahan yang ada di TKP 1 dalam masjid, maupun di TKP 2 samping bank sampah itu ada kesesuaian dengan bahan-bahan yang ada di rumah ABH," jelas Ari.
Sementara itu, soal bagaimana ABH memperoleh bahan peledak tersebut, penyidik masih terus mendalami.
"Kami masih menunggu dari ABH tersebut karena sampai saat ini, yang berangkutan masih dilakukan perawatan," ucap Ari.