Ada 18.503 petir menyambar Bali saat masa darurat banjir

waktu baca 2 menit

Denpasar (KABARIN) -

Bali ternyata nggak cuma diguyur hujan deras saat bencana banjir besar beberapa waktu lalu. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat ada 18.503 sambaran petir yang terjadi sepanjang 8–14 September 2025, alias sebelum dan saat masa tanggap darurat banjir di Pulau Dewata.

Kepala Stasiun Geofisika BMKG Denpasar, Rully Oktavia Hermawan, bilang kalau sambaran petir paling banyak justru datang dari awan ke tanah (cloud to ground/CG). Dari total ribuan sambaran, ada 15.979 petir CG dan 2.524 petir intracloud (IC) alias petir di dalam awan.

“Jenis petir dari awan ke tanah ini yang paling berbahaya karena bisa bikin kerusakan bangunan, kebakaran, sampai menyebabkan kematian,” jelas Rully, Kamis (18/9).

Lebih detailnya, dari 15 ribu petir CG itu, 5.857 di antaranya berjenis positif (CG+) dengan sambaran tunggal, sementara 10.122 sisanya negatif (CG-) dengan sambaran bercabang banyak.

Kalau dilihat per wilayah, Kabupaten Tabanan jadi juara dengan 8.265 sambaran petir, disusul Badung (2.390), Buleleng (1.921), Gianyar (826), Klungkung (821), Kota Denpasar (688), dan beberapa daerah lain dengan jumlah lebih kecil. Banyaknya petir di Tabanan menandakan daerah itu punya potensi tinggi terbentuknya awan hujan alias cumulonimbus (CB), si penghasil petir sejati.

Meski terdengar ekstrem, BMKG menyebut kepadatan petir di Bali waktu itu masih masuk kategori rendah, yaitu kurang dari 8 sambaran per km². Untuk kategori tinggi biasanya di atas 16 sambaran per km².

Sebelumnya, bencana banjir dan longsor yang melanda tujuh kabupaten/kota di Bali—mulai dari Denpasar, Gianyar, Tabanan, Klungkung, Bangli, Karangasem, sampai Jembrana—terjadi pada 10 September dini hari setelah hujan lebat nonstop sejak sehari sebelumnya. Hujan ekstrem itu bahkan mencapai 380 milimeter dalam sehari, setara curah hujan satu bulan penuh!

Gubernur Bali, Wayan Koster, bilang bencana sebesar ini belum pernah terjadi dalam 70 tahun terakhir. Dampaknya cukup parah: 18 orang tewas dan 4 orang lainnya masih hilang.

Per Rabu (17/9), status tanggap darurat resmi dicabut dan Bali mulai masuk ke tahap pemulihan.

Baca juga: Banjir Bali tewaskan 16 orang, ini penyebab dan dampaknya

Bagikan

Mungkin Kamu Suka