Banjir Bali tewaskan 16 orang, ini penyebab dan dampaknya

waktu baca 2 menit

Proses pencarian korban hilang masih berlangsung dengan melibatkan sedikitnya 125 personel gabungan di sejumlah titik yang diduga menjadi tempat keberadaan terakhir korban

Jakarta (KABARIN) - Banjir yang melanda pulau wisata Bali telah menimbulkan banyak kerugian, tidak hanya materi, 16 korban dilaporkan meninggal dunia akibat bencana hidrologi ini.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahkan menyatakan masih ada satu korban yang belum ditemukan. "Satu masih dilaporkan hilang," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BPNB Abdul Muhari, Kamis malam.

BNPB mengkonfirmasi rincian korban meninggal meliputi 10 orang di Kota Denpasar, 2 orang di Kabupaten Jembrana, 3 orang di Kabupaten Gianyar dan 1 orang di Kabupaten Badung.

Proses pencarian korban hilang masih berlangsung dengan melibatkan sedikitnya 125 personel gabungan di sejumlah titik yang diduga menjadi tempat keberadaan terakhir korban.

Menurut Abdul, tim petugas di lapangan menyebut kondisi banjir di sebagian besar wilayah sudah surut, dan fokus utama tim adalah pencarian korban hilang serta pembersihan material banjir, dan penyedotan genangan air salah satunya di basemen Pasar Badung.

"Kondisi di Bali sudah mulai normal dan terkendali," kata dia.

Tim reaksi cepat BPBD Provinsi Bali mencatat ada lebih dari 120 titik banjir yang disertai tanah longsor.

Adapun Kota Denpasar menjadi wilayah dengan lokasi banjir terbanyak yakni 81 titik, disusul Kabupaten Gianyar 14 titik, Badung 12 titik, Tabanan delapan titik, Karangasem dan Jembrana masing-masing empat titik, serta di Klungkung banjir berdampak di Kecamatan Dawan.

Selain banjir, tanah longsor juga dilaporkan terjadi di 18 titik, dengan rincian 12 titik di Karangasem, lima titik di Gianyar, dan satu titik di Badung.

BNPB melaporkan dalam peristiwa kebencanaan ini ada sebanyak 562 orang warga mengungsi di sejumlah titik pengungsian sementara.

Penyebab banjir ekstrem Bali

1. Fenomena Gelombang ekuatorial Rossby

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa hujan lebat yang melanda Bali disebabkan oleh aktifnya gelombang ekuatorial Rossby. Fenomena ini memicu pertumbuhan awan konvektif secara masif, menghasilkan curah hujan ekstrem yang berlangsung selama dua hari berturut-turut.

2. Curah hujan yang sangat tinggi

Curah hujan tercatat melebihi 150 mm per hari, mencapai kategori sangat berbahaya. Kondisi ini diperparah oleh kelembaban udara tinggi hingga lapisan 500 milibar, yang mendukung pembentukan awan hujan dengan puncak tinggi sehingga menimbulkan hujan lebat disertai kilat dan angin kencang.

3. Infrastruktur drainase yang tidak memadai

Sistem drainase di Denpasar tidak mampu menampung volume air yang besar. Saluran air tersumbat oleh sampah dan sedimentasi, sehingga kapasitas tampung berkurang dan genangan air meluas ke permukiman serta fasilitas umum.

4. Alih fungsi lahan dan tata ruang yang tidak sesuai

Alih fungsi lahan menjadi area permukiman dan komersial tanpa mempertimbangkan daya tampung resapan air mengurangi ruang terbuka hijau. Hal ini memperburuk daya serap tanah dan meningkatkan risiko banjir.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka