Wisata kebugaran mulai jadi primadona baru untuk tarik wisatawan ke Indonesia

waktu baca 3 menit

Kita punya produk-produk 'wellness' seperti lulur, jamu, dan spa, ada banyak sekali

Yogyakarta (KABARIN) - Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana melihat wisata kebugaran sebagai peluang besar yang bisa mengangkat citra pariwisata Indonesia. Ia menilai kekayaan tradisi Nusantara membuat Indonesia punya modal kuat untuk menjadi tujuan favorit para pencari pengalaman pemulihan diri.

“Indonesia ini kaya akan tradisi wellness, antara lain seperti di Jawa, Solo, dan juga di Bali. Kita punya produk-produk 'wellness' seperti lulur, jamu, dan spa, ada banyak sekali,” ujar Menpar saat menghadiri penutupan Wonderful Indonesia Wellness (WIW) 2025 di Sleman.

Menurut Widiyanti, gaya liburan anak muda yang kini lebih banyak mengarah ke pemulihan diri atau healing membuat wisata kebugaran semakin relevan.

“Gen-Z dan milenial sekarang kalau bepergian ingin untuk 'healing', untuk 'wellness' karena keadaan dunia sekarang 'stressful',” katanya.

Ia menjelaskan bahwa unsur budaya seperti gamelan dan tarian Jawa kini mulai dirangkai dalam paket wisata kebugaran karena efeknya yang menenangkan.

“'Sound healing' kita dengan memainkan gamelan bisa menenangkan jiwa kita. Dan belajar menari Jawa juga sebenarnya therapeutic,” ucapnya.

Widiyanti merujuk laporan Global Wellness Institute yang menempatkan Indonesia di posisi puncak Asia Tenggara dalam nilai ekonomi industri wellness yang diperkirakan mencapai 56 miliar dolar AS. Ia juga mengutip studi Universitas Harvard yang menilai masyarakat Indonesia sebagai bangsa paling sejahtera di dunia berdasarkan aspek fisik, mental, dan sosial.

“Orang Indonesia nomor satu di atas Jepang dan Amerika Serikat. Dari situlah saya, kami di Kemenpar, berpikir bahwa wellness tourism itu adalah kekuatan kita,” ujarnya.

Wonderful Indonesia Wellness 2025 sendiri berlangsung selama sebulan penuh, menggabungkan dua festival besar dari Yogyakarta dan Surakarta. Menurut data yang diterima Menpar, total kunjungan kegiatan tersebut berada di kisaran 2.000 hingga 3.700 orang. Ratusan pelaku wellness, pekerja seni, dan penyelenggara acara juga ikut terlibat.

Ia turut menyampaikan bahwa hampir 100 UMKM di Yogyakarta dan Solo ikut meramaikan gelaran ini.

“Di Yogyakarta kami dapat laporan sekitar 77 UMKM, tapi total di dua kota hampir 100 UMKM yang terlibat,” kata dia.

Deputi Kemenpar Vinsensius Jemadu menyebut penyelenggaraan WIW 2025 membukukan transaksi sekitar Rp9 miliar dari tiket dan paket wisata, dengan total perputaran ekonomi yang diperkirakan mendekati Rp400 miliar.

“Artinya, kembali lagi kita melihat bahwa wellness ini adalah 'special interest' dan wajar kalau kita masukkan ini sebagai 'flagship' Kementerian Pariwisata,” ujarnya.

Dari sisi daerah, Ketua BPPD DIY GKR Bendara mengatakan bahwa Yogyakarta sudah lebih dulu mengembangkan potensi wisata kebugaran dengan menonjolkan budaya dan gaya hidup lambat. Ia mencontohkan aktivitas berjalan tanpa alas kaki atau nyeker yang sudah lama menjadi kebiasaan warga.

“Kita sudah sehari-hari memang 'nyeker', hanya memang kita belum menggunakan atau kita tidak menggunakan itu sebagai produk pariwisata,” kata dia.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka