Bendera Suriah akhirnya berkibar lagi di Washington setelah satu dekade

waktu baca 3 menit

Washington (KABARIN) - Untuk pertama kalinya dalam lebih dari sepuluh tahun, bendera Suriah kembali berkibar di langit Washington, D.C. Momen ini terjadi Jumat (19/9), saat Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shaibani memimpin upacara pengibaran bendera di gedung Kedutaan Besar Suriah.

Buat komunitas diaspora Suriah-Amerika, momen ini bukan sekadar seremoni. Mereka nyebutnya sebagai hari bersejarah yang menandai awal dari babak baru hubungan bilateral, sembilan bulan setelah rezim Bashar al-Assad tumbang.

“Tentu saja ini adalah momen bersejarah,” kata Shaibani ke Anadolu usai acara. “Momen ini mencerminkan perjuangan rakyat Suriah selama 14 tahun perang saudara.”

Banyak warga Suriah-Amerika hadir di acara itu dengan wajah lega. Salah satunya Raghad Bushnaq (55), yang sudah tinggal di AS sejak 1989. Dia bilang, dulu suasana di kedutaan justru bikin takut.

“Sekitar 15 tahun lalu, duta besar memotret kami dari dalam gedung untuk dilaporkan ke Assad. Saat itu banyak teman saya menutupi wajahnya. Kini kami bisa hadir dengan bahagia. Ini momen bersejarah. Anda bisa mencium aroma kebebasan di Suriah,” ujarnya.

Bushnaq juga sempat ngasih shout-out buat Turki dan negara lain yang dianggap banyak membantu rakyat Suriah selama perang.

Sementara itu, Ameer Alsamman, pendiri podcast Syria Speaks, menyebut hari itu sebagai titik awal baru.

“Hari ini adalah awal baru. Semoga Damaskus dan Washington bisa membangun hubungan yang jauh lebih baik. Menurut saya, ini pertanda bahwa keadaan bergerak ke arah yang benar,” katanya.

Alsamman juga terang-terangan berharap sanksi AS terhadap Suriah bisa segera dicabut. Menurutnya, sudah banyak anggota Kongres dan bahkan eks Presiden Donald Trump yang berpikir ke arah itu.

Selain upacara, Shaibani juga ketemu sejumlah pejabat senior AS, termasuk Wakil Menlu Christopher Landau dan Utusan Khusus AS untuk Suriah Tom Barrack. Topik obrolan mereka berat: masa depan Suriah, hubungan Suriah-Israel, sampai soal perjanjian 10 Maret antara Damaskus dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF).

Perjanjian itu mencakup rencana integrasi SDF ke dalam institusi negara, sekaligus mempertegas penolakan terhadap agenda separatis.

Buat catatan, kunjungan Shaibani ini jadi lawatan pertama seorang menlu Suriah ke AS dalam 25 tahun terakhir. Timing-nya pas banget, karena minggu depan Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa juga dijadwalkan datang ke New York buat hadir di Sidang Majelis Umum PBB. Itu bakal jadi kunjungan pertama presiden Suriah ke AS dalam 58 tahun terakhir.

Semua ini terjadi setelah titik balik besar: Bashar al-Assad, yang memimpin Suriah hampir 25 tahun, kabur ke Rusia pada akhir 2024. Itu sekaligus mengakhiri dominasi panjang Partai Baath yang sudah berkuasa sejak 1963.

Awal 2025, pemerintahan transisi resmi dibentuk dengan Ahmad al-Sharaa sebagai presiden baru. Dan sejak saat itu, Damaskus mulai aktif lagi ngebangun jalur diplomasi yang selama ini hancur karena perang saudara dan isolasi internasional.

Sumber: Anadolu

Bagikan

Mungkin Kamu Suka