Thailand dituduh menyerang wilayah Kamboja dengan jet tempur F-16

waktu baca 2 menit

Istanbul (KABARIN) - Ketegangan di perbatasan Kamboja–Thailand kembali memanas. Pemerintah Kamboja menuduh Thailand melancarkan serangan udara menggunakan jet tempur F-16 ke wilayahnya pada Kamis (18/12).

Menurut laporan media lokal Fresh News yang mengutip Kementerian Pertahanan Kamboja, serangan udara itu menyasar wilayah Phnom Kmoch dan Peak Sbeak di Provinsi Preah Vihear sejak pagi hari. Jet-jet tempur disebut melakukan pemboman di area tersebut.

“Pasukan Kamboja akan terus melindungi keutuhan wilayah dan martabat nasional Kamboja dengan tekad yang tak tergoyahkan,” kata Kementerian Pertahanan Kamboja.

Padahal, pada malam sebelumnya, media Kamboja sempat melaporkan situasi di perbatasan kedua negara dalam kondisi relatif tenang. Namun, situasi cepat berubah dan kembali memicu ketegangan terbuka.

Di sisi lain, Angkatan Darat Thailand menyampaikan klaim berbeda. Pada Kamis yang sama, militer Thailand mengatakan telah menghancurkan lebih dari enam bangunan yang diduga digunakan jaringan penipuan lintas negara, termasuk kasino dan hotel, sejak konflik kembali pecah pada 7 Desember. Pernyataan itu dilaporkan portal berita The Nation.

Di tengah eskalasi konflik, China turun tangan. Utusan khusus China untuk urusan Asia dijadwalkan melakukan kunjungan diplomasi ke Kamboja dan Thailand pada hari yang sama, dengan tujuan menjembatani kedua negara “guna membangun kembali perdamaian secepat mungkin.”

Sejak bentrokan kembali terjadi sekitar 12 hari terakhir, korban jiwa terus bertambah. Total sedikitnya 55 orang dilaporkan tewas dari kedua pihak. Otoritas Thailand menyebut 21 tentara dan 16 warga sipil mereka meninggal dunia. Sementara itu, Kamboja melaporkan 18 warganya tewas dan 78 orang lainnya mengalami luka-luka.

Konflik ini terus berlanjut meski Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebelumnya, pada Jumat (12/12), mengatakan para pemimpin Thailand dan Kamboja telah sepakat menghentikan pertempuran. Kenyataannya, bentrokan di lapangan belum sepenuhnya reda.

Pada Oktober lalu, pemimpin kedua negara sebenarnya sempat menandatangani perjanjian damai di Kuala Lumpur, disaksikan Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Namun, kesepakatan tersebut ditangguhkan setelah seorang tentara Thailand terluka parah akibat ledakan ranjau darat.

Thailand juga mengklaim sekitar 18 tentara Kamboja masih ditahan terkait sejumlah insiden yang terjadi dalam lima bulan terakhir.

Sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja sendiri sudah berlangsung lama dan kerap berujung bentrokan berdarah. Pada Juli lalu, konflik serupa bahkan menewaskan sedikitnya 48 orang, menegaskan rapuhnya perdamaian di wilayah perbatasan kedua negara.

Sumber: Anadolu

Bagikan

Mungkin Kamu Suka