Phnom Penh (KABARIN) - Konflik bersenjata di perbatasan Kamboja dan Thailand kembali memakan korban dari kalangan warga sipil. Pemerintah Kamboja melaporkan jumlah warga sipil yang tewas akibat konflik tersebut kini bertambah menjadi 18 orang.
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Kamboja, Touch Sokhak, menyampaikan bahwa hingga Rabu (17/12) pukul 18.00 waktu setempat, total korban tewas warga sipil Kamboja mencapai 18 orang, sementara korban luka meningkat menjadi 78 orang. Pernyataan itu disampaikan dalam konferensi pers pada Kamis (18/12).
Tak hanya korban jiwa, dampak konflik juga memicu gelombang pengungsian besar-besaran. Touch Sokhak mengatakan jumlah pengungsi kini mencapai 144.066 keluarga atau sekitar 476.179 orang. Dari total tersebut, lebih dari 240.000 adalah perempuan dan sekitar 130.000 lainnya merupakan anak-anak.
Situasi di lapangan disebut masih belum kondusif. Wakil Sekretaris Negara sekaligus Juru Bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Letnan Jenderal Maly Socheata, menyebut bahwa serangan masih terus terjadi.
Ia mengatakan bahwa sejak Rabu tengah malam hingga Kamis pagi, pasukan militer Thailand terus melancarkan serangan ke sejumlah posisi di wilayah Kamboja.
Konflik perbatasan antara Kamboja dan Thailand sendiri kembali memanas sejak 7 Desember lalu. Hingga kini, kedua negara masih saling menuding sebagai pihak yang lebih dulu memulai serangan, sementara warga sipil di kawasan perbatasan harus menanggung dampak paling besar dari eskalasi konflik tersebut.
Baca juga: Thailand dituduh menyerang wilayah Kamboja dengan jet tempur F-16