Jangan disepelekan, ini tanda tahi lalat bisa jadi berbahaya

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Hampir semua orang punya tahi lalat di tubuhnya. Bentuknya kecil, warnanya biasanya cokelat atau hitam, dan bisa nongol di bagian tubuh mana aja. Buat sebagian orang, tahi lalat itu unik dan jadi ciri khas. Tapi nggak sedikit juga yang penasaran, bahkan khawatir: ini aman atau bisa jadi tanda bahaya?

Menurut Primaya Hospital, tahi lalat dalam dunia medis disebut nevus pigmentosus (atau mole dalam bahasa Inggris). Tahi lalat terbentuk dari sel melanosit, alias sel penghasil pigmen kulit, yang ngumpul kebanyakan di satu titik. Faktor hormon juga ikut berperan. Makanya, ada tahi lalat yang rata, ada yang sedikit menonjol, bahkan ada juga yang bentuknya kayak benjolan kecil.

Orang dengan kulit terang biasanya lebih gampang muncul tahi lalat ketimbang yang berkulit gelap. Faktor keturunan juga punya andil besar. Banyak tahi lalat yang udah ada sejak lahir, tapi ada juga yang baru muncul saat masih bayi, anak-anak, sampai umur 25 tahun. Kabar baiknya, secara umum tahi lalat termasuk tumor jinak alias nggak berbahaya.

Nah, pertanyaannya: kapan harus waspada? Sebenernya, kebanyakan tahi lalat aman-aman aja. Paling bikin risih kalau posisinya nggak nyaman, misalnya di wajah jadi sering kesenggol pas cukuran, atau di badan jadi sering tersangkut baju. Tapi dalam beberapa kasus, tahi lalat bisa berkembang jadi kanker kulit jenis melanoma.

Ciri-ciri tahi lalat yang patut dicurigai biasanya beda dari tahi lalat biasa, contohnya: bentuk atau warna berubah, pinggirannya kasar, nggak simetris, warnanya campur (lebih dari 2-3 warna), diameternya lebih dari 6 mm, atau bahkan terasa gatal, nyeri, sampai berdarah. Kalau jumlahnya juga banyak banget (lebih dari 50), itu juga perlu diperhatikan.

Kalau nemuin tanda-tanda kayak gitu, mending langsung cek ke dokter kulit biar jelas apakah masih jinak atau butuh penanganan lebih lanjut. Dengan begitu, risiko kanker kulit bisa dideteksi sedini mungkin.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka