Istanbul (KABARIN) - Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyampaikan keprihatinannya atas kekerasan yang kembali terjadi antara Kamboja dan Thailand dan menegaskan bahwa Amerika Serikat bersedia memfasilitasi pembicaraan kedua negara.
Pernyataan itu disampaikan Rubio lewat telepon dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet, sembari menyampaikan harapan Presiden AS Donald Trump agar Perjanjian Perdamaian Kuala Lumpur dijalankan sepenuhnya.
“Menlu Rubio juga kembali menegaskan bahwa Amerika Serikat siap memfasilitasi diskusi untuk memastikan perdamaian dan stabilitas antara Kamboja dan Thailand,” kata pernyataan resmi Departemen Luar Negeri AS.
Kamboja dan Thailand sebelumnya menandatangani perjanjian damai pada Oktober di KTT ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, di hadapan Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, namun implementasinya sempat tertunda setelah beberapa tentara Thailand terluka akibat ranjau darat di wilayah perbatasan.
Hun Manet menjelaskan melalui Telegram bahwa pembicaraan dengan Rubio membahas perkembangan gencatan senjata dan pelaksanaan kesepakatan damai dengan Thailand. Ia menekankan komitmen Kamboja terhadap perjanjian Bangkok-Phnom Penh dan berharap upaya bilateral bisa menyelesaikan sengketa perbatasan serta menciptakan perdamaian yang berkelanjutan.
Telepon tersebut dilakukan sehari setelah perundingan militer pertama antara Thailand dan Kamboja pada Rabu 24 Desember di Provinsi Chanthaburi, Thailand, meski bentrokan kembali pecah.
Sejak 8 Desember, bentrokan telah menewaskan total 96 orang dan memaksa hampir satu juta warga mengungsi. Otoritas Thailand mencatat 23 tentara dan satu warga sipil tewas, serta 41 warga sipil meninggal akibat dampak bentrokan. Kementerian Dalam Negeri Kamboja melaporkan 31 warga sipil tewas di pihak mereka.
Pertemuan militer itu berlangsung kurang dari satu jam dan negosiasi dijadwalkan dilanjutkan pada Jumat untuk menstabilkan situasi.
Sumber: ANAD