Tepuk Sakinah: Cara asik biar calon pengantin gampang ingat pilar keluarga

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Abu Rokhmad, punya cara kreatif biar calon pengantin (catin) makin gampang mengingat lima pilar membangun keluarga sakinah. Inovasi itu dikasih nama Tepuk Sakinah.

"Melalui Tepuk Sakinah, pilar keluarga sakinah lebih mudah diingat dan suasana pembekalan menjadi lebih hidup," ujar Abu Rokhmad di Jakarta, Jumat.

Gerakan ini belakangan jadi bahan obrolan di media sosial. Banyak yang menilai Tepuk Sakinah unik, fun, tapi tetap sarat pesan moral. Formatnya simpel: gabungan tepuk tangan dengan syair ringan, sehingga peserta Bimbingan Perkawinan (Bimwin) bisa lebih gampang hafal materi inti.

Lima pilar keluarga sakinah yang diajarkan lewat tepuk ini antara lain Zawaj (berpasangan), Mitsaqan Ghalizan (janji kokoh), Mu’asyarah Bil Ma’ruf (saling cinta, hormat, dan berbuat baik), Musyawarah, serta Taradhin (saling ridha).

"Dengan format yel-yel, nilai-nilai ini diharapkan lebih mudah diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari," tambah Abu. Ia menegaskan, gerakan tepuk tangan bukan cuma seremonial. Pesan besarnya: pasangan bisa belajar mencairkan suasana ketika ada konflik dengan mengingat kembali esensi keluarga sakinah.

Menurut Abu, fondasi keluarga sakinah itu dibangun atas prinsip keadilan, keseimbangan, dan kesalingan. Karakteristiknya pun jelas: pernikahan sah dan tercatat, jauh dari diskriminasi dan kekerasan, serta dijaga dengan kasih sayang dan moderasi beragama.

Selain itu, materi Bimwin juga dikemas lebih lengkap. Catin bakal dapat bekal seputar psikologi dan dinamika keluarga, keuangan rumah tangga, kesehatan reproduksi, sampai persiapan membangun generasi yang berkualitas.

"Program Bimwin ini bertujuan menyiapkan catin membentuk keluarga yang kuat, menurunkan angka perceraian, dan meningkatkan kualitas rumah tangga," ujar Abu.

Tahun 2025, Kemenag menargetkan mencetak 600 fasilitator Bimwin. Mereka nggak cuma mendampingi calon pengantin sebelum menikah, tapi juga setelah menikah lewat berbagai program lanjutan seperti Sekolah Relasi Suami-Istri (SERASI), KOMPAK (Konsultasi, Mediasi, Pendampingan, Advokasi), sampai layanan LESTARI (Layanan Bersama Ketahanan Keluarga Indonesia).

Bagikan

Mungkin Kamu Suka