Klungkung (KABARIN) - Kalau biasanya orang ke Nusa Penida buat nikmatin pantai-pantai kece kayak Kelingking, Broken, atau Diamond, sekarang ada alasan baru buat mampir. Di antara tebing-tebing eksotis itu, berdiri sebuah mahakarya seni anyaman bambu yang ukurannya bikin melongo: The Octopus Queen alias Dewi Gurita.
Patung setinggi 25 meter dan lebar 12 meter ini berdiri gagah di Penida Swing Park, Desa Sompang, di ketinggian 80 meter dari permukaan laut. Dari jauh, warnanya yang cokelat langsung mencuri perhatian, tapi makin dekat makin bikin kagum. Bayangin aja, sosok dewi cantik dengan mahkota 12 tentakel, tangan megang bunga teratai, dan bagian hati yang sengaja dibuat berlubang sebagai simbol ruang kesucian tanpa batas.
Patung ini bukan sekadar karya seni biasa. Seniman Bali, I Ketut Putrayasa, bikin instalasi ini bareng belasan seniman lain plus hampir 400 warga lokal yang gotong royong selama lima bulan. Bambu-bambu yang dipakai pun dibawa langsung dari Bangli pakai enam truk, bahkan sempat dipindah estafet karena lokasi yang super curam. “Bagi saya, generasi emas bukan tentang saya bermain bola saja, generasi emas adalah ketika kita bisa bermanfaat buat orang lain,” kata Ketut sambil menjelaskan filosofi gurita yang cerdas, bunga teratai yang penuh harapan, dan hati yang suci.
Awalnya ide ini bikin ragu investor Penida Swing Park, Adam, karena membangun patung raksasa dari anyaman bambu di tebing curam terdengar gila. Tapi Ketut minta semua sabar. Hasilnya? Keren banget sampai dapat Rekor MURI sebagai patung anyaman bambu terbesar di Indonesia. “Seniman berhasil memperkuat eksotisme pantai bertebing dengan sebuah karya instalasi bambu penuh filosofi,” kata Direktur Operasional MURI, Yusuf Ngadri, saat menyerahkan penghargaan.
Pemerintah daerah pun ikut bangga. Kepala Dinas Pariwisata Klungkung, Ni Made Sulistyawati, mengaku nggak pernah kepikiran kalau teknik anyaman bisa melahirkan ikon wisata sebesar ini. Buat warga Desa Sompang sendiri, The Octopus Queen jadi simbol baru pariwisata yang tetap menjaga keseimbangan alam dan budaya. Bahkan sejak awal, masyarakat dilibatkan penuh, dari ngangkut bambu sampai menghadapi tantangan angin kencang di tebing.
Sekarang, The Octopus Queen bukan cuma patung, tapi juga doa agar kecantikan Nusa Penida terus terjaga. Ikon ini bikin Nusa Penida makin hits di mata turis mancanegara, sekaligus jadi pengingat kalau pariwisata bisa berkembang tanpa harus merusak alamnya.