...Bahwa persoalan penyakit degeneratif di Indonesia itu kan sangat tinggi sehingga kita membutuhkan banyak sekali dokter dan dokter spesialis
Semarang (KABARIN) - Kementerian Kesehatan gencar mempercepat pemenuhan kekurangan dokter spesialis di Indonesia lewat berbagai program, termasuk beasiswa pendidikan spesialis.
Direktur Jenderal SDMK Kemenkes, dr. Yuli Farianti, menyatakan saat ini Indonesia hanya menghasilkan sekitar 2.700 dokter spesialis tiap tahun, padahal kebutuhan jauh lebih besar untuk populasi 280 juta lebih.
Menurut hitungan Kemenkes, Indonesia masih kekurangan sekitar 70.000 dokter spesialis, terutama di wilayah Timur seperti Maluku, NTT, dan Papua. Untuk mengatasi ini, pemerintah menyediakan beasiswa dari LPDP dan lembaga lain, serta menerapkan pendidikan dokter spesialis dengan model universitas dan berbasis rumah sakit pendidikan utama.
Selain itu, ada program penugasan khusus dan peningkatan kapasitas bagi dokter spesialis lewat program fellowship. Saat ini, sekitar 300 beasiswa subspesialis seperti kardiologi intervensi dan neurointervensi sudah dibuka, baik di tanah air maupun luar negeri.
Ketua Ika Medica, dr. Cahyono Hadi, mendukung penuh langkah pemerintah untuk mempercepat produksi dokter spesialis, mengingat tingginya penyakit degeneratif di Indonesia. Ia juga mendorong peningkatan penerimaan dan pengiriman dokter spesialis ke daerah 3T (Terdepan, Terpencil, Tertinggal) demi pemerataan layanan kesehatan.
Diskusi dan seminar nasional yang digelar Ika Medica ini menjadi ajang penting mempertemukan para pemangku kepentingan dan dokter untuk mencari solusi konkret. Acara ini juga bagian dari Musyawarah Nasional Ika Medica sekaligus pemilihan ketua baru periode 2025-2030 dan penandatanganan kerja sama strategis.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah fokus mempercepat pemenuhan kebutuhan dokter spesialis di Indonesia lewat berbagai program seperti beasiswa pendidikan spesialis. Direktur Jenderal SDMK Kemenkes, dr. Yuli Farianti, menyatakan Indonesia baru menghasilkan sekitar 2.700 dokter spesialis per tahun, sementara kebutuhan yang ada mencapai kekurangan sekitar 70.000 dokter, terutama di wilayah Timur seperti Maluku, NTT, dan Papua.
Pemerintah menyiapkan beasiswa dari LPDP dan lembaga lain serta melaksanakan pendidikan dokter spesialis berbasis universitas dan rumah sakit pendidikan utama. Ada pula program penugasan khusus dan pengembangan kapasitas untuk dokter spesialis melalui fellowship. Saat ini Kemenkes membuka sekitar 300 beasiswa subspesialis seperti kardiologi intervensi dan neurointervensi di dalam maupun luar negeri.
Ketua Ika Medica, dr. Cahyono Hadi, mendukung percepatan ini mengingat tingginya kasus penyakit degeneratif di Tanah Air. Ia mengusulkan peningkatan penerimaan dokter spesialis serta pengiriman lebih banyak ke daerah 3T (terdepan, terpencil, tertinggal) agar pemerataan layanan kesehatan dapat tercapai.
Diskusi nasional yang digelar Ika Medica jadi wadah penting bagi para pemangku kepentingan dan dokter untuk mencari strategi pengembangan SDM kesehatan. Kegiatan ini juga berbarengan dengan Musyawarah Nasional dan pemilihan Ketua Ika Medica periode 2025-2030 serta penandatanganan kerja sama strategis.