Jakarta (KABARIN) - Pameran "Merawit Rasa" yang baru saja dibuka di Museum Tekstil, Jakarta Barat, bukan sekadar ajang untuk menikmati keindahan visual batik khas Cirebon. Lebih dari itu, pameran ini juga mengangkat kisah, ketelitian, dan jiwa seni yang tertuang di setiap helai kain batik.
"Terutama teknik merawit yang menuntut tingkat kesabaran dan ketekunan luar biasa. Melalui tema 'Merawit Rasa', kita diajak menyelami dimensi lain dari batik," ujar Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Mochamad Miftahulloh Tamary, saat membuka acara, Kamis. Ia hadir mewakili Gubernur Jakarta Pramono Anung.
Menurutnya, teknik merawit bukan hanya soal detail halus, tapi juga mencerminkan nilai-nilai luhur seperti kesabaran, ketekunan, dan penghormatan pada proses. Nilai-nilai ini dianggap relevan banget di era serba cepat sekarang.
Sejak batik ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO, batik memang jadi simbol identitas nasional. Tapi lebih dari itu, batik adalah narasi—berisi cerita, nilai, hingga memori kolektif bangsa.
"Dalam konteks ini, teknik merawit memperlihatkan bahwa di balik keindahan visual batik, tersimpan filosofi mendalam dan kearifan lokal yang patut terus dijaga dan diwariskan," kata Miftahulloh.
Ia juga berharap pameran ini gak cuma jadi tempat apresiasi seni, tapi juga sarana edukasi, khususnya buat generasi muda biar makin kenal, cinta, dan bangga sama batik.
"Saya juga mengajak semua pihak untuk terus menciptakan ruang-ruang apresiasi budaya khususnya di Jakarta. Karena dari sinilah kita merawat jati diri bangsa," tambahnya.
Pameran "Merawit Rasa" resmi dibuka hari ini dan akan berlangsung sampai 30 November 2025 di Museum Tekstil, Jakarta Barat. Event ini terselenggara atas kerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia.
Baca juga: Sejarah dan keunikan batik Indonesia yang diakui dunia