Oto

Serangan siber guncang Jaguar Land Rover, produksi dan penjualan terganggu

waktu baca 3 menit

Jakarta (KABARIN) - Badai tengah melanda Jaguar Land Rover (JLR). Di tengah upaya transformasi besar-besaran menuju era baru mobil listrik, produsen mobil asal Inggris ini justru diterpa serangan siber besar yang membuat sistem internalnya lumpuh total pada awal September lalu.

Insiden ini datang di saat yang sangat krusial bagi perusahaan — terutama karena Jaguar tengah melakukan restrukturisasi besar dan sangat bergantung pada lini Land Rover untuk menopang bisnisnya.

Produksi Lumpuh Akibat Serangan Siber

Dilansir dari Carscoops, serangan siber tersebut memaksa JLR mematikan seluruh sistem dan menghentikan produksi sementara waktu. Dampaknya pun terasa signifikan: rantai pasokan terganggu, pengiriman mobil tertunda, dan pabrik harus berhenti beroperasi selama beberapa pekan.

Kini, JLR mulai memulihkan operasi secara bertahap, namun kerusakan sudah terlanjur berdampak pada performa bisnis kuartal kedua tahun fiskal 2026.

Penjualan Anjlok di Hampir Semua Wilayah

Laporan terbaru menunjukkan penjualan grosir turun 24,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan juga 24,2 persen lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya.

Model premium seperti Range Rover, Range Rover Sport, dan Defender kini menyumbang 76,7 persen dari total penjualan grosir, naik dari 67 persen tahun lalu. Ini menunjukkan JLR mulai fokus pada model yang paling menguntungkan di tengah situasi sulit.

Namun dari sisi penjualan ritel (retail), performa tetap melemah. Hanya 85.495 unit yang terjual — turun 17,1 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan paling besar terjadi di:

  • ???????? Inggris: -32,3%

  • ???????? China: -22,5%

  • ???? Timur Tengah & Afrika Utara: -15,8%

  • ???????? Eropa: -12,1%

  • ???????? Amerika Utara: -9%

Tak heran jika perusahaan menyebut periode ini sebagai “kuartal yang penuh tantangan.”

Upaya pemulihan bertahap

CEO JLR, Adrian Mardell, menyebut proses pemulihan sudah dimulai. Produksi mesin akan kembali beroperasi di pabrik Wolverhampton, disusul oleh pabrik Nitra dan Solihull dalam beberapa hari ke depan.

“Kami tahu masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, tapi proses pemulihan sudah berjalan dengan baik,” ujar Mardell.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada pelanggan, pemasok, dan karyawan yang tetap setia selama masa krisis ini.

Kombinasi masalah yang berat

Selain serangan siber, JLR juga menghadapi tantangan lain seperti:

  • Penghentian bertahap beberapa model Jaguar lama.

  • Kenaikan tarif impor di AS yang berdampak pada ekspor.

  • Gangguan rantai pasokan pasca serangan siber.

Meskipun begitu, analis menilai perusahaan mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan seiring kembalinya produksi dan peningkatan fokus pada lini SUV mewah Land Rover.

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa serangan siber kini tak hanya mengancam data, tapi juga bisa menghentikan roda industri otomotif global. Bagi Jaguar Land Rover, langkah pemulihan yang cepat dan strategi bisnis adaptif akan menjadi kunci untuk bangkit kembali di tengah tekanan pasar dan transformasi menuju kendaraan listrik.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka