Deretan fakta di balik ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Musibah ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, masih menyisakan duka mendalam bagi banyak pihak. Insiden yang terjadi saat para santri sedang melaksanakan ibadah itu membuat suasana panik dan menyedihkan di lingkungan pesantren.

Tak hanya menelan korban jiwa, kejadian ini juga membuka sejumlah fakta mengejutkan. Ada dugaan kelalaian dalam proses konstruksi hingga persoalan izin bangunan yang belum sepenuhnya jelas, membuat publik menyoroti pentingnya pengawasan terhadap keamanan fasilitas pendidikan.

Deretan fakta ambruknya Ponpes Al Khoziny

1. Terjadi saat waktu salat Ashar

Bangunan musala di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, runtuh pada Senin, 29 September 2025, sekitar pukul 15.00 WIB. Saat kejadian, para santri sedang melaksanakan salat Ashar berjamaah di lantai dua.

2. Puluhan santri jadi korban

Sekitar 140 santri terdampak akibat insiden tersebut. Dari jumlah itu, 102 orang berhasil dievakuasi, sementara tiga santri meninggal dunia. Ada juga sekitar 38 santri yang sempat terjebak di bawah reruntuhan sebelum akhirnya berhasil diselamatkan. Salah satu santri bernama Haical bahkan bertahan hidup hampir 72 jam di bawah puing bangunan sebelum berhasil dievakuasi.

3. Diduga karena kesalahan pengecoran

Hasil pemeriksaan awal menunjukkan, bangunan sedang dalam tahap pengecoran saat kejadian. Diduga, pengecoran dilakukan secara penuh sekaligus tanpa bertahap, membuat beban di atas bangunan terlalu berat. Selain itu, tiang penyangga dan kolom bangunan disebut tidak cukup kuat menahan beban cor beton di lantai paling atas.

4. Sorotan pada izin bangunan

Fakta lain yang mencuat, bangunan tersebut diduga belum memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Proses pembangunan pun disebut minim pengawasan teknis, baik dari pihak kontraktor maupun pengelola pesantren. Hal ini membuat banyak pihak menilai ada kelalaian dalam pengawasan standar konstruksi.

5. Dampak besar bagi santri dan masyarakat

Bangunan tiga lantai yang ambruk itu menimpa para santri yang sedang beribadah di mushala. Selain menyebabkan korban jiwa dan luka-luka, banyak santri mengalami trauma akibat peristiwa tersebut. Lokasi musala yang dianggap aman justru menjadi titik paling terdampak, membuat banyak orang tua dan warga sekitar turut berduka.

Peristiwa ambruknya Ponpes Al Khoziny menjadi peringatan serius bagi semua pihak tentang pentingnya memastikan keamanan bangunan publik, terutama tempat pendidikan dan ibadah. Pengawasan teknis, izin bangunan, serta kualitas konstruksi harus menjadi perhatian agar tragedi serupa tak kembali terjadi.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka