Pintu perlintasan Rafah ke Gaza masih ditutup oleh Israel

waktu baca 2 menit

Yerusalem (KABARIN) - Pintu perlintasan Rafah, yang menjadi jalur utama masuknya bantuan kemanusiaan dari Mesir ke Jalur Gaza, dikabarkan belum juga dibuka pada Selasa (14/10) setelah Israel menunda pembukaannya. Keputusan itu datang di tengah situasi gencatan senjata yang masih rapuh antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

Padahal, sebelumnya perlintasan Rafah dijadwalkan untuk kembali beroperasi hari itu. Namun, menurut laporan kantor berita Xinhua, seorang pejabat Israel yang tidak ingin disebut namanya menyebut bahwa perlintasan akan tetap ditutup, dan akses bantuan kemanusiaan bakal “secara drastis” dibatasi.

Alasannya, kata pejabat tersebut, karena Hamas belum mengembalikan seluruh jasad para sandera Israel yang tewas. “Ini adalah bentuk sanksi terhadap Hamas,” ujarnya, setelah kelompok itu menyerahkan empat jasad pada Senin (13/10), sementara 24 jasad lainnya masih berada di Gaza.

Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari kantor Perdana Menteri Israel atau otoritas keamanan Israel soal keputusan pembatasan tersebut.

Sementara itu, Al Araby TV yang berbasis di London melaporkan bahwa tim Mesir sudah mulai bekerja di Jalur Gaza untuk membantu mencari dan memulihkan jasad-jasad para sandera. Sebuah tim teknis Israel juga tengah melakukan koordinasi dengan pejabat Mesir untuk mempercepat proses pemulihan itu.

Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, kepada Xinhua menjelaskan bahwa proses identifikasi dan pemulihan jasad memang terhambat oleh kerusakan besar-besaran di Gaza. “Tantangan teknis dan logistik akibat kehancuran membuat identifikasi jasad sangat sulit,” katanya.

Dari pihak Komite Palang Merah Internasional (ICRC), lembaga itu menyatakan bahwa tidak semua jasad mungkin bisa ditemukan, mengingat situasi lapangan yang sangat parah.

Dalam perjanjian gencatan senjata, Israel meminta Hamas mengembalikan semua 28 jasad sandera pada Senin. Namun, Hamas mengaku menghadapi kesulitan besar untuk menemukan lokasi pasti tempat jasad-jasad itu terkubur.

Pemulangan sebagian jasad ini berlangsung setelah 20 sandera terakhir yang masih hidup dipindahkan dari Gaza ke Israel. Sebagai gantinya, sekitar 2.000 tawanan dan tahanan Palestina dibebaskan, menjadi bagian penting dari kesepakatan gencatan senjata antara kedua pihak.

Sayangnya, ketegangan kembali meningkat. Israel dan Hamas kini saling tuduh melanggar gencatan senjata yang sudah berjalan lima hari itu — Hamas karena belum menyerahkan semua jasad, dan Israel karena melancarkan serangan udara baru yang menewaskan sedikitnya enam orang di Gaza pada Selasa.

Situasi pun kembali tak pasti. Dengan Rafah masih tertutup dan bantuan kemanusiaan tertahan, warga Gaza kini kembali menghadapi ancaman kelaparan dan krisis medis di tengah gencatan senjata yang semakin rapuh.

Sumber: Xinhua

Bagikan

Mungkin Kamu Suka