Markas PBB, New York (KABARIN) - Upaya PBB untuk meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza mengalami kemunduran setelah gencatan senjata mulai berlaku. Hal ini disampaikan oleh Kepala Urusan Bantuan Kemanusiaan PBB Tom Fletcher yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal PBB.
“Kita tidak boleh gagal dalam memastikan pengimplementasian sepenuhnya dari kesepakatan yang telah dibuat,” ujar Fletcher.
Ia menjelaskan bahwa pada awal pekan ini, PBB sempat berhasil memperluas pengiriman bantuan setelah berbulan-bulan menghadapi hambatan. Makanan, obat-obatan, bahan bakar, air bersih, gas masak, dan tenda berhasil disalurkan ke masyarakat. Fletcher menyebut pihaknya juga membantu membuka jalan dan mengaktifkan kembali toko roti, yang membuat banyak keluarga bisa kembali berkumpul dengan lega.
Namun situasi berubah setelah Israel mengumumkan pengurangan separuh jumlah truk bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza, atau sekitar 300 truk. Keputusan ini diambil karena Hamas disebut belum menyerahkan seluruh jenazah sandera yang tewas.
Fletcher menegaskan bahwa Hamas perlu melakukan upaya maksimal untuk memulangkan jenazah sandera, sementara Israel harus membuka lebih banyak akses agar bantuan bisa masuk ke Gaza.
“Kami tidak akan menerima campur tangan apa pun dalam pendistribusian bantuan kami,” tegasnya.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan bahwa mitra-mitra PBB terus berupaya memproduksi dan menyalurkan ratusan ribu paket makanan serta roti setiap hari di Gaza.
Meski begitu, situasi di perbatasan masih sulit. OCHA menyebut perlintasan Kerem Shalom dan Kissufim ditutup karena adanya pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas. Akibatnya, kargo bantuan tidak bisa masuk, dan hanya pasokan terbatas yang sudah disetujui sebelumnya dapat diambil dari sisi Gaza.
Hingga Selasa, kedua perlintasan itu masih ditutup untuk pasokan bantuan dari sisi Israel. Namun, PBB dan mitra kemanusiaannya tetap berhasil mengambil bantuan yang tersisa untuk mendukung operasi kesehatan, air bersih, sanitasi, dan distribusi makanan.
Dalam perkembangannya, tujuh misi kemanusiaan yang diajukan PBB untuk koordinasi dengan otoritas Israel telah disetujui, hanya satu misi yang sempat terhambat namun tetap bisa dijalankan.
“Kami semua sedang berusaha menyesuaikan diri dengan situasi baru ini, dan kami sedang berupaya mencari cara untuk secara signifikan meningkatkan volume bantuan yang masuk melalui lebih banyak perlintasan,” ujar Juru Bicara Utama Sekretaris Jenderal PBB Stephane Dujarric.