Jakarta (KABARIN) - Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Arrmanatha Nasir menyoroti semakin menurunnya dukungan dari negara-negara Gerakan Non-Blok (GNB) terhadap kemerdekaan Palestina yang menurutnya menjadi tanda memudarnya pengaruh gerakan tersebut.
Dalam Pertemuan Tingkat Menteri GNB ke-19 di Kampala, Uganda, ia menyebut perjuangan kemerdekaan Palestina sebagai utang moral terbesar yang belum dituntaskan oleh GNB.
“Hanya 70 persen anggota GNB yang mendukung Deklarasi New York untuk mewujudkan Solusi Dua Negara. Ini adalah pengingat yang menyadarkan akan terjadinya perpecahan di antara kita,” ujar Tata, sapaan akrab Arrmanatha, dalam keterangan resmi Kementerian Luar Negeri.
Ia menyampaikan bahwa kemerdekaan Palestina seharusnya menjadi “detak jantung” bagi GNB. Namun, melemahnya dukungan terhadap isu tersebut memperlihatkan bahwa suara kolektif gerakan itu mulai memudar dan beban moral negara-negara anggotanya terhadap Palestina perlahan menghilang.
Tata menilai kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang komitmen dan kredibilitas GNB di tengah dinamika global yang terus berubah. “Pertanyaannya bukan apakah GNB masih relevan, tetapi apakah GNB memilih untuk tetap relevan,” ucapnya.
Ia juga mengingatkan bahwa GNB lahir dari semangat solidaritas dan kerja sama yang kuat, namun belakangan ini gerakan tersebut dinilai kehilangan arah karena terlalu sibuk dengan urusan birokratis yang tak berdampak langsung bagi rakyat.
Untuk mengembalikan peran pentingnya, Tata mendorong GNB melakukan reformasi internal, memperjuangkan reformasi PBB, serta mempererat kerja sama antarnegara berkembang. Ia juga menegaskan pentingnya menjaga Semangat Bandung 1955 yang menjadi dasar berdirinya GNB.
Pertemuan GNB di Kampala yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Uganda Odongo Jeje Abubakhar menghasilkan dokumen final tentang prioritas strategis gerakan, mencakup isu perdamaian, keamanan, perubahan iklim, dan pengentasan kemiskinan.