Jakarta (KABARIN) - Indonesia bersiap memproduksi 30 kapal selam otonom untuk memperkuat pengawasan di titik-titik strategis laut atau yang dikenal sebagai choke point. Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyebut proyek ini akan segera berjalan setelah melakukan evaluasi bersama Panglima TNI, Kepala Staf TNI AL, dan jajaran PT PAL di Surabaya.
"Tadi saya, panglima TNI, kepala staf TNI AL, dan direktur PT PAL (Surabaya) sudah mengadakan suatu evaluasi teknis dan kami menyimpulkan bahwa Kementerian Pertahanan melaporkan kepada Bapak Presiden dan selaku penentu persenjataan strategis dari TNI, bahwa kita memerlukan 30 unit kapal selam otonom," ujar Sjafrie di Surabaya.
Ia tidak merinci lokasi penempatan armada tersebut, tetapi memastikan kehadiran kapal selam tanpa awak ini akan menjadi kekuatan baru bagi TNI AL. Kapal ini berukuran mini, digerakkan oleh motor listrik, dan menggunakan sistem navigasi berbasis internet.
Dalam tahap pengembangan saat ini, kapal selam otonom dengan nomor KSOT-008 belum dirancang untuk meluncurkan torpedo bersenjata, melainkan torpedo latih bertenaga listrik. Uji coba peluncuran torpedo tersebut disaksikan langsung oleh Sjafrie bersama pejabat Kemhan dan TNI di Dermaga Komando Armada II, Surabaya.
Menariknya, di tengah uji coba itu, Presiden Prabowo Subianto menelepon Sjafrie dan menekankan pentingnya keberhasilan proyek ini. Ia juga meminta agar evaluasi dilakukan secara menyeluruh agar produksi kapal bisa segera terealisasi.
“Efisiensi personel, material, dan waktu bisa kita raih. Kita adalah negara keempat di dunia yang memproduksi kapal selam otonom setelah Amerika Serikat, Rusia, China, dan Indonesia,” kata Sjafrie.
Dengan rencana ini, Indonesia menegaskan kesiapannya untuk memperkuat pertahanan laut menggunakan teknologi modern sekaligus menunjukkan kemampuan industri pertahanan dalam negeri.