Khartoum (KABARIN) - Paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) Sudan pada Kamis (6/11) menyatakan sepakat untuk "memasuki gencatan senjata kemanusiaan" yang diusulkan oleh Amerika Serikat (AS), Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, dan Mesir.
Gencatan senjata ini bertujuan untuk "mengatasi konsekuensi kemanusiaan yang katastropik akibat perang dan meningkatkan perlindungan terhadap warga sipil," kata Al-Fateh Qurashi, juru bicara (jubir) RSF, dalam sebuah pernyataan.
"Kami menantikan implementasi kesepakatan ini dan segera memulai pembicaraan mengenai pengaturan untuk penghentian permusuhan," kata jubir itu.
Pada Selasa (4/11), tentara Sudan mengumumkan akan terus melanjutkan pertempuran melawan RSF usai pertemuan Dewan Keamanan dan Pertahanan Sudan untuk membahas proposal AS mengenai gencatan senjata kemanusiaan.
Menurut informasi yang bocor, proposal tersebut mengusulkan gencatan senjata kemanusiaan selama tiga bulan untuk memungkinkan akses bantuan, diikuti dengan proses politik selama sembilan bulan yang bertujuan untuk mencapai penyelesaian komprehensif dan gencatan senjata permanen.
Konflik antara tentara Sudan dan RSF telah berkecamuk sejak April 2023, mengakibatkan ribuan orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi di seluruh Sudan dan wilayah sekitarnya.