Jerry Chen: Sistem royalti musik harus ramah untuk bisnis

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - CEO USEA Global, Jerry Chen, menekankan bahwa sistem royalti musik perlu dipikirkan dari sisi bisnis supaya lebih efektif dan diterima para pelaku usaha.

Dalam diskusi di Jakarta, Senin, Jerry menyebut penegakan hukum terkait royalti harus memahami perspektif pelaku bisnis komersial seperti restoran, kafe, ritel, dan hotel.

“Jadi, jika mereka tidak benar-benar mau membayar karena tidak melihat manfaat dari selembar kertas atau stiker, bagaimana itu bisa membantu bisnisnya,” kata Jerry.

Menurutnya, musisi dan pencipta lagu memang berhak mendapatkan royalti, tapi penting juga memperhatikan kebutuhan para pelaku usaha yang menjadi sumber pemasukan.

Jerry menambahkan, pengelolaan musik di ruang usaha sering jadi masalah karena banyak pemilik kehilangan kontrol saat pegawai memutar lagu sembarangan. Contohnya, restoran yang menyajikan makanan lokal tapi memutar musik pop Sunda campur K-pop yang bikin suasana nggak nyambung.

Jika dikelola dengan tepat, musik justru bisa jadi strategi untuk mendorong penjualan, misalnya dengan memasukkan voice-over promosi diskon di jam tertentu. Musik yang disesuaikan dengan waktu dan karakter pengunjung bisa menciptakan atmosfer yang bikin pelanggan lebih nyaman dan transaksi meningkat.

Jerry menjelaskan LMK, musisi, dan pencipta lagu bisa menghadirkan musik yang memberi manfaat nyata bagi bisnis, bukan cuma sekadar “mau uang”.

“Jadi jika sebagai LMK atau musisi dan pencipta lagu bisa membantu dengan musik yang saya produksi atau bantu ini bisa membantu meningkatkan penjualan. Bukan hanya tentang mau uang, tapi jika Anda bisa memberikan solusi untuk suatu masalah,“ ujarnya.

Jerry juga menekankan pentingnya melibatkan pelaku usaha dalam merancang sistem royalti supaya kebijakan yang dibuat relevan dan mudah diterapkan.

Perdebatan soal akuntabilitas royalti tidak akan menyelesaikan masalah jika dasar persoalan seperti alasan membayar royalti belum dipahami. Teknologi, termasuk kecerdasan buatan, bisa membantu urusan administratif dan teknis, tapi tetap butuh kesadaran dan kemauan dari pelaku usaha.

“Karena hanya ketika pihak pembayar bersedia membayar dengan sukarela, barulah sistem tersebut bisa mendapat dukungan. Saya harap dari perspektif ini kita akan memiliki pandangan, jika tidak bisa menyelesaikan masalah mendasar ‘mengapa harus membayar, lalu musisi mendapatkan bayaran’, saya pikir bisa melupakan soal akuntabilitas,” kata Jerry.

USEA Global sendiri adalah perusahaan asal Singapura yang menyediakan platform musik berlisensi untuk berbagai kebutuhan bisnis dan konsumen.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka