Sydney (KABARIN) - Para peneliti di Australia telah mengembangkan teknik pencetakan 3D yang menghasilkan replika pembuluh darah yang akurat secara anatomi dalam waktu dua jam, yang membantu mengungkap rahasia stroke.
Perangkat tersebut sejauh ini telah membantu para peneliti mempelajari pembekuan darah yang menyebabkan strok dan dapat digunakan untuk menguji obat baru tanpa mengandalkan pengujian pada hewan, menurut rilis berita dari University of Sydney pada Rabu (19/11).
Diciptakan oleh tim peneliti University of Sydney dan disebut sebagai "arteri pada sebuah cip", pembuluh darah yang dicetak 3D pada kaca tersebut meniru anatomi pembuluh darah dan dinamika fluida aliran darah, sehingga menjadi alat yang sangat berharga untuk mempelajari penyebab strok, menurut rilis berita itu.
Meskipun ada metode diagnosis yang sudah mapan untuk penyakit kardiovaskular, namun belum ada metode untuk memprediksi kejadian awal yang menyebabkan pembekuan darah di arteri karotis, kata rilis berita tersebut.
"Kami tidak hanya mencetak pembuluh darah, kami mencetak harapan bagi jutaan orang yang berisiko terkena strok di seluruh dunia," yang bertujuan untuk menyediakan pengobatan vaskular yang dipersonalisasi bagi semua orang yang membutuhkannya, kata kandidat PhD Yunduo Charles Zhao dari School of Biomedical Engineering, University of Sydney.
Tim peneliti menggunakan CT scan dari pasien strok untuk menghasilkan model 3D miniatur arteri karotis, mengecilkan ukurannya dari normal 5-7 milimeter menjadi hanya 200-300 mikrometer dan mengurangi waktu pembuatan dari 10 jam menjadi dua jam.
Penelitian itu memungkinkan para peneliti untuk mengamati, secara waktu nyata (real time) dan melalui mikroskop, pembentukan gumpalan darah dan perilaku trombosit, yang merupakan komponen penting yang terlibat dalam pembekuan darah yang dapat menyebabkan strok, menurut rilis berita tersebut.
Teknologi itu mengungkapkan bahwa gesekan dan kekuatan yang diciptakan oleh aliran darah yang bergerak melawan lapisan pembuluh darah memainkan peran besar dalam pergerakan trombosit yang mengatur pembekuan. Hal ini terjadi saat tekanan darah tinggi dan aterosklerosis, suatu penyakit arteri, kata rilis berita itu.
Menurut tim peneliti, tahap berikutnya adalah mengintegrasikan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dengan platform biofabrikasi untuk menciptakan "kembaran digital" yang dapat memprediksi serangan strok sebelum terjadi, beralih dari pengobatan reaktif ke pencegahan proaktif.