Jakarta (KABARIN) - Di tengah masyarakat, istilah “diabetes basah” dan “diabetes kering” masih sering muncul dan menimbulkan banyak kebingungan. Banyak orang mengira kedua istilah ini merupakan jenis diabetes yang berbeda, padahal sebutan tersebut tidak dikenal dalam dunia medis.
Mitos-mitos yang melekat justru membuat informasi seputar diabetes semakin rancu. Berikut ini akan mengulas apa sebenarnya yang dimaksud dengan diabetes basah dan kering, mengapa istilah itu muncul, dan fakta medis yang perlu dipahami agar tidak salah kaprah dalam mengenali gejala maupun penanganan-nya.
Apakah ada penyakit diabetes basah dan kering dalam dunia medis?
Diabetes sudah menjadi penyakit yang akrab di telinga masyarakat. Di Indonesia, sebagian penderita bahkan sering membagi-nya menjadi dua jenis: diabetes basah dan diabetes kering. Namun, sebenarnya apa yang dimaksud dengan istilah tersebut?
Secara umum, kedua istilah itu muncul untuk menggambarkan kondisi penyembuhan luka pada orang yang hidup dengan diabetes. Meski begitu, dalam dunia medis sendiri tidak ada kategori yang disebut diabetes basah maupun diabetes kering. Sebutan tersebut biasanya merujuk pada masalah kesehatan yang dikenal sebagai gangren.
Apa itu gangren?
Gangren adalah kondisi ketika jaringan tubuh mati karena tidak memperoleh cukup oksigen akibat aliran darah yang terganggu. Saat jaringan kehilangan pasokan darah, warnanya bisa berubah menjadi hitam dan pada tahap tertentu bisa terlepas dengan sendirinya. Inilah kondisi yang kemudian sering disamakan dengan istilah diabetes basah dan kering oleh masyarakat.
Secara medis, gangren terbagi menjadi dua bentuk utama: gangren basah dan gangren kering. Pembagian inilah yang kerap disalahpahami sebagai dua jenis diabetes.
1. Gangren basah
Gangren basah, yang sering dianggap sebagai “diabetes basah”, terjadi ketika jaringan yang mati mengalami infeksi. Kondisi ini lebih rentan dialami penderita diabetes yang memiliki daya tahan tubuh rendah sehingga kemampuan melawan infeksi menurun.
Gangren basah biasanya tampak sebagai luka menyerupai borok pada kaki, disertai kulit yang membengkak atau munculnya lepuhan.
2. Gangren kering
Sementara itu, gangren kering yang kerap dipersepsikan sebagai “diabetes kering” lebih sering muncul akibat komplikasi dari penyakit tertentu, termasuk diabetes.
Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah, membuat aliran darah ke jaringan terhenti dan akhirnya memicu gangren. Ciri khas gangren kering adalah kulit yang tampak mengerut, kering, dan berubah warna menjadi kehitaman, kecokelatan, atau ungu.
Mitos dan fakta tentang diabetes
1. Mitos: Diabetes hanya menyerang orang tua
Faktanya: Diabetes tidak hanya dialami orang lanjut usia. Remaja, orang dewasa muda, bahkan anak-anak juga bisa mengalaminya. Faktor seperti pola makan yang tidak sehat, kurang gerak, obesitas, dan stres dapat meningkatkan risiko diabetes pada semua kelompok umur.
2 Mitos: Penderita diabetes tidak boleh makan buah sama sekali
Faktanya: Buah tetap bisa dikonsumsi, karena meski mengandung gula alami (fruktosa), buah kaya akan serat, vitamin, dan antioksidan yang membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.
Pilih buah dengan indeks glikemik rendah, misalnya apel, jeruk, pir, pepaya, atau stroberi. Batasi porsi-nya misalnya satu apel sedang atau satu cangkir potongan pepaya per kali makan dan hindari jus buah yang diberi tambahan gula atau pemanis.
3. Mitos: Diabetes disebabkan hanya karena terlalu banyak makan gula
Faktanya: Makan gula berlebihan memang bisa meningkatkan risiko, terutama diabetes tipe 2, tetapi bukan satu-satunya penyebab. Diabetes tipe 1 muncul karena pankreas tidak mampu memproduksi insulin, sedangkan diabetes tipe 2 biasanya dipicu resistensi insulin akibat kelebihan berat badan, pola makan tinggi kalori, kurang olahraga, dan faktor genetik.
4. Mitos: Setelah minum obat diabetes, pola makan tidak perlu diatur lagi
Faktanya: Obat diabetes membantu mengontrol kadar gula darah, tapi tidak menyembuhkan penyakitnya. Tanpa pola makan sehat, gula darah bisa tetap tinggi meski rutin minum obat. Penanganan diabetes yang efektif meliputi pola makan seimbang, olahraga teratur, pemakaian obat bila diperlukan, dan pemantauan gula darah secara konsisten.
5. Mitos: Luka pada penderita diabetes selalu berakhir dengan amputasi
Faktanya: Tidak semua luka pada penderita diabetes harus diamputasi. Luka yang sulit sembuh biasanya muncul karena aliran darah terganggu atau adanya kerusakan saraf. Dengan perawatan tepat sejak dini, banyak luka bisa sembuh tanpa amputasi.
Tindakan amputasi biasanya hanya dilakukan jika jaringan sudah mati atau terkena gangren, dengan tujuan mencegah infeksi menyebar ke jaringan sehat di sekitarnya.
6. Mitos: Luka sulit sembuh hanya karena diabetes
Faktanya: Walaupun diabetes bisa membuat proses penyembuhan luka lebih lama, penyakit ini bukan satu-satunya penyebab luka sulit sembuh. Jika Anda mengalami luka yang lama sembuh, penting untuk menjalani pemeriksaan menyeluruh guna mengetahui penyebab sebenarnya.
7. Mitos: Penderita diabetes tidak boleh mengonsumsi gula
Faktanya: Anggapan bahwa penderita diabetes harus sepenuhnya menghindari gula tidaklah tepat. Penderita diabetes tetap bisa mengonsumsi makanan manis, namun harus memperhatikan jenis dan porsi-nya. Prioritaskan makanan sehat, yang minim proses, dan konsumsi dalam jumlah yang terkontrol. Sebaiknya, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk menentukan pola makan yang tepat agar kadar gula darah tetap terjaga.
8. Mitos: Orang kurus tidak bisa terkena diabetes
Faktanya: Meski sebagian besar penderita diabetes tipe 2 (sekitar 85%) memiliki berat badan berlebih, sekitar 15% lainnya justru memiliki berat badan normal. Jadi, anggapan bahwa orang kurus aman dari diabetes adalah salah.