Semarang (KABARIN) - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN kini melatih para dokter umum agar bisa melakukan prosedur kontrasepsi jangka panjang untuk pria alias vasektomi.
Ketua Tim Kerja Provider KB Pria Kemendukbangga/BKKBN, dr. Raymon Nadeak, menjelaskan bahwa pelatihan ini digelar supaya lebih banyak tenaga medis memahami dan bisa melayani metode operasi pria (MOP) atau vasektomi tanpa pisau.
“Vasektomi ini sebenarnya hal yang dibilang baru juga enggak, tetapi kebanyakan dokter umum itu tidak mendalami pada saat pendidikannya. Jadi, tidak semua dokter umum itu mengetahui tentang vasektomi,” kata Raymon saat melatih 15 dokter dari Jawa Tengah, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur di Semarang, Selasa.
Raymon menambahkan, pelatihan ini bukan cuma menambah skill dokter, tapi juga membantu mengedukasi masyarakat bahwa urusan ber-KB bukan cuma tanggung jawab perempuan. “Dokter umum yang dilatih vasektomi berpeluang untuk mempelajari keterampilan baru sekaligus mengedukasi masyarakat bahwa tugas ber-KB tidak hanya diemban oleh perempuan,” ujarnya.
Meski begitu, Raymon mengakui bahwa minat dokter untuk melayani vasektomi masih rendah. Alasannya sederhana: jumlah pria yang mau menjalani vasektomi juga masih sangat sedikit. “Ketika dia sudah berpraktik di lapangan dan memiliki profesi sebagai dokter, dia belum tentu mendapatkan pasien atau akseptor, jadi itu akan memengaruhi, dan kalau tidak ada akseptor berarti kan dia tidak ada pendapatan jasa medisnya,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa kurikulum vasektomi baru resmi diluncurkan pada Juni 2024. “Pelatihan pertama di angkatan itu dilakukan pada bulan Oktober tahun 2024, kemudian dilakukan kembali di tahun 2025 bulan Agustus oleh BKKBN Jawa Barat. Kita berharap, mereka setelah dilatih bisa melakukan pelayanan di tempat kerjanya,” paparnya.
Hasilnya mulai terlihat. Berdasarkan evaluasi Kemendukbangga/BKKBN, peserta pelatihan angkatan pertama tahun 2024 kini sudah bisa melayani akseptor secara mandiri.
Namun, angka partisipasi pria dalam program KB di Indonesia masih jauh dari ideal. Berdasarkan data Pemutakhiran Pendataan Keluarga (PK) 2024, kesertaan pria dalam ber-KB hanya 2,1 persen, sementara yang memilih vasektomi baru 0,1 persen. Data Sistem Informasi Keluarga (SIGA) 2024 juga mencatat angka yang mirip: 3,73 persen untuk KB pria dan 0,13 persen untuk vasektomi.
Untuk mengubah kondisi itu, Kemendukbangga/BKKBN bersama UNFPA dan Siklus Indonesia terus menggencarkan edukasi serta sosialisasi. Tujuannya? Supaya semakin banyak pria ikut bertanggung jawab dalam program KB, demi terciptanya pengasuhan yang setara dan keluarga yang lebih sejahtera.