Jakarta (KABARIN) - Vape atau rokok elektrik yang saat ini seakan sudah menjadi tren, dulunya mungkin dianggap oleh sebagian orang sebagai alternatif yang membantu orang dewasa berhenti merokok tembakau.
Penelitian baru-baru ini justru menemukan bahwa mereka yang merokok rokok elektrik atau vape mungkin memiliki risiko serangan jantung atau stroke yang lebih tinggi, terutama jika mereka sebelumnya merokok tembakau.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal BMC Public Health tersebut diperoleh berdasarkan meta-analisis yang menggabungkan hasil dari 12 studi observasional, dilansir The Sun.
Hasilnya, orang yang menggunakan rokok elektrik atau vape memiliki risiko 1,5 kali lebih tinggi mengalami serangan jantung dan berisiko lima persen lebih tinggi terkena stroke dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakannya.
Bahkan, mereka yang beralih dari rokok konvensional ke rokok elektrik lebih berisiko dua kali lipat terkena serangan jantung dan 73 persen lebih berisiko terkena stroke, meski sudah memperhitungkan kebiasaan merokok sebelumnya.
"Penggunaan rokok elektrik kemungkinan berkaitan dengan risiko serangan jantung dan stroke yang lebih tinggi, bahkan setelah faktor kebiasaan merokok konvensional diperhitungkan, termasuk pada orang yang sebelumnya adalah perokok rokok biasa," tulis ulasan penelitian tersebut, seperti dilansir The Sun, Selasa (16/12).
Para ahli memperkirakan bahwa beberapa bahan kimia dalam cairan vape mungkin dapat meningkatkan kekakuan pembuluh darah sehingga menyulitkan darah untuk dipompa.
Temuan itu pun muncul di tengah peringatan para ahli kesehatan terkait semakin banyaknya bukti bahwa rokok elektrik yang sedang tren saat ini dapat merusak pembuluh darah, jantung, dan otak secara serius.
Artikel itu juga menyebut sejumlah penelitian menunjukkan bahwa vape bisa menjadi “pintu masuk” bagi kebiasaan minum alkohol dan penggunaan narkoba, di mana remaja yang memakai vape tercatat tiga kali lebih berisiko mengonsumsi alkohol, merokok konvensional, atau ganja ketika dewasa.
Oleh karena itu, temuan tersebut menekankan bahwa vape bukan lah alternatif yang sepenuhnya aman dan bebas risiko dibandingkan rokok tembakau konvensional.
“Memang ada pergeseran dari merokok ke vaping, tetapi kekhawatiran saya adalah kita justru menggantikan satu zat yang sangat adiktif dengan zat lain yang sama-sama bisa menimbulkan risiko bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah," kata Profesor Susanna Price, juru bicara European Society of Cardiology sekaligus ahli kardiologi National Health Service di London.
Editor: Raihan Fadilah
Copyright © KABARIN 2025