Jakarta (KABARIN) - Anak-anak sekolah ternyata juga bisa mengalami kelelahan fisik, mental, dan emosional, lho. Tekanan akademik, tugas menumpuk, dan kegiatan ekstrakurikuler yang padat sering bikin mereka stres bahkan sampai burnout.
Dikutip dari Hindustan Times, Jumat, para ahli mengingatkan pentingnya peran orang tua untuk hadir dan mendukung anak di masa-masa seperti ini.
Psikolog Klinis dari Lissun, Meghna Kanwat, menyarankan agar orang tua menetapkan tujuan dan ekspektasi yang realistis. Jangan sampai dorongan perfeksionisme justru membuat anak makin cemas dan tertekan.
“Tips kedua adalah memperkuat hubungan orang tua-anak melalui komunikasi terbuka, respons emosional dan ketahanan yang berfungsi sebagai penyangga,” katanya.
Meghna menambahkan, stres dan kelelahan yang dirasakan orang tua juga bisa menular ke anak. Jadi, penting banget buat orang tua belajar mengelola stres diri sendiri lebih dulu sebelum membantu anak.
Dengan komunikasi yang hangat dan penuh empati, anak akan merasa aman dan didengarkan. Orang tua juga perlu mengenali tanda-tanda anak sedang lelah secara mental, seperti mulai sinis, nilai sekolah menurun, atau menarik diri dari aktivitas sosial. Empati jadi kunci untuk memvalidasi perasaan anak dan membantu mereka pulih dari tekanan.
Untuk anak usia sekolah dasar, Meghna menyarankan agar jadwal harian mereka tetap seimbang, ada waktu bermain bebas, istirahat cukup, dan aktivitas yang beragam. Tujuannya, supaya mereka bisa recharge energi dan nggak cuma fokus pada tanggung jawab akademis yang terlalu berat di usia muda.
Sementara untuk anak sekolah menengah, selain menjaga keseimbangan itu, orang tua disarankan mengajarkan anak keterampilan pengaturan diri. Misalnya lewat latihan pernapasan dalam, teknik grounding, refleksi nilai-nilai pribadi, serta membantu anak mengenali prioritas mereka.
Meghna juga menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan pihak sekolah, agar anak merasa didukung dari dua arah, rumah dan lingkungan belajar. Sesekali, jadwalkan juga hari non-akademik, di mana anak bisa benar-benar istirahat dari rutinitas belajar dan menikmati waktu santai.
Intinya, keseimbangan antara bermain, istirahat, dan belajar bukan cuma bikin anak bahagia, tapi juga jadi kunci untuk menjaga kesehatan mental mereka tetap stabil di tengah padatnya dunia sekolah.