RSV bisa ganggu paru-paru dan tumbuh kembang anak, orang tua wajib waspada

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Dokter spesialis anak, Dr. Ian Suryadi Suteja, M.Med Sc, Sp.A, bilang virus Respiratory Syncytial Virus atau RSV nggak cuma bikin anak sakit biasa, tapi bisa picu bronkiolitis dan ganggu tumbuh kembang.

Dalam diskusi kesehatan di Jakarta, dokter Ian menjelaskan bronkiolitis akibat RSV bikin saluran napas anak menyempit, dan paru-paru kontraksi, yang bikin risiko asma meningkat.

“Kalau pada anak kecil, itu juga bisa menyebabkan asma, karena bronchiolitis ini, kalau dia pun sembuh bisa menyebabkan perubahan struktur pada saluran pernafasannya, terutama di paru-parunya, sehingga dia bisa risiko mengalami asma di kemudian hari,” kata dia.

RSV termasuk penyebab infeksi saluran napas bawah atau lower respiratory tract infection, yang bisa bikin sesak napas, paru-paru bermasalah, dan kadar oksigen turun.

Menurut dokter lulusan Fakultas Kedokteran UGM ini, RSV bisa menyerang semua usia, tapi paling berbahaya bagi bayi prematur dan anak di bawah 2 tahun.

Anak dengan faktor risiko seperti lahir prematur, berat badan lahir rendah di bawah 2.500 gram, punya penyakit jantung bawaan, masalah paru-paru kronis, down syndrome, atau nutrisi kurang, berisiko lebih tinggi mengalami RSV berat.

“Mereka yang gizinya buruk, gangguan otot syaraf, jadi kalau mereka punya sekelompok faktor risiko ini, hati-hati banget. Anak di bawah 2 tahun kan bisa mengalami bronkitis tadi, tapi terutama lagi di bawah 6 bulan, angka kejadiannya sangat tinggi untuk mengalami infeksi paru berat akibat RSV,” jelasnya.

RSV berat bisa bikin anak kehilangan berat badan dan kadar oksigen turun drastis, sampai ada yang kejang.

"Anaknya kejang-kejang karena kekurangan oksigen. Kalau yang seperti ini bisa berdampak jangka panjang, yaitu tadi kalau anaknya sampai kejang, otaknya terjadi gangguan atau kerusakan, otomatis gangguan tumbuh kembang," ujar dokter Ian.

Selain itu, anak yang pernah kena RSV dan sembuh dari bronkiolitis punya risiko kerusakan fungsi paru-paru, dan 12 kali lebih mudah terkena asma di masa depan.

“Jadi bukan cuma infeksi sesaat aja, tapi jangka panjangnya juga punya dampak burden of disease,” tambahnya.

Meski nggak semua anak yang kena RSV infeksi berat, banyak juga yang cuma batuk pilek biasa.

Dokter Ian mengingatkan orang tua untuk tetap waspada, karena anak yang pernah kena RSV bisa mengalami asma dengan gejala seperti sering batuk malam hari, sesak napas, atau mudah ngos-ngosan saat berlari.

“Nanti kalau udah jadi asma beneran, kita obatin asmanya,” tutupnya.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka