Jakarta (KABARIN) - Nama Ignasius Jonan kembali muncul ke permukaan publik setelah kehadirannya bertemu Presiden Prabowo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta pada Senin (3/11).
Kehadirannya pun menimbulkan berbagai spekulasi terkait kemungkinan dirinya kembali dipercaya menempati posisi strategis di pemerintahan Kabinet Merah Putih.
Sosok yang dikenal sebagai mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini bukanlah figur baru di dunia birokrasi maupun korporasi nasional.
Ia dikenal sebagai pemimpin yang tegas, berorientasi pada pelayanan publik, dan berhasil membawa transformasi besar dalam dunia perkeretaapian Indonesia.
Berikut profil dan jejak karir Ignasius Jonan hingga saat ini.
Latar belakang Ignasius Jonan
Ignasius Jonan lahir di Singapura pada 21 Juni 1963. Meskipun lahir di luar negeri, ia tetap berkewarganegaraan Indonesia. Ayahnya bernama Jusuf Jonan, sementara identitas ibunya tidak banyak dipublikasikan.
Pria berusia 62 tahun ini diketahui memeluk agama Katolik dan cukup dikenal sebagai sosok yang religius. Ia aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan, bahkan sempat berpartisipasi dalam penyambutan kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia.
Jonan telah mempunyai dua orang anak, bersama pasangannya bernama Ratnawati Jonan. Anaknya bernama Monica Jonan dan Caterin Jonan.
Pendidikan formalnya ditempuh di SMA Katolik St. Louis 1 Surabaya. Setelah lulus, ia melanjutkan studi di Universitas Airlangga, Surabaya, dan meraih gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada 1986.
Tak berhenti di situ, Jonan melanjutkan pendidikan pascasarjana di The Fletcher School of Law and Diplomacy, Tufts University, Amerika Serikat, dan meraih gelar Master of Arts (M.A) dalam bidang Hubungan Internasional.
Atas kontribusinya di bidang kepemimpinan dan manajemen publik, Universitas Airlangga menganugerahkan gelar Doktor Kehormatan (Dr. H.C). Kini Jonan memiliki gelar lengkap yakni Dr. (H.C) Ignasius Jonan, S.E., M.A..
Perjalanan karirnya hingga saat ini
Ignasius Jonan tercatat memulai karirnya dalam bidang perbankan, yakni di Citibank Indonesia. Dengan kapasitas yang mumpuni, Jonan dipercaya sebagai Direktur Citigroup Private Equity dalam periode masa jabatan tahun 1999 – 2001.
Setelah jabatan tersebut, Jonan lanjut menjabat sebagai Direktur Utama (Dirut) atau Chief Executive Officer (CEO) dari PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) pada 2001 – 2006.
Lalu, setelah 5 tahun masa jabatannya tersebut, Ignasius pun kembali memegang jabatan penting di Citibank, yakni sebagai Managing Director Citigroup Investment Banking pada 2006 – 2008.
Seiring waktu, nama Ignasius Jonan mulai dikenal luas publik saat ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) pada 2009 oleh Menteri BUMN saat itu, Sofyan Djalil.
Di tangan Jonan, KAI yang sebelumnya dikenal sebagai perusahaan merugi, berhasil bangkit dan bertransformasi menjadi perusahaan modern yang berorientasi pada pelayanan.
Ia menegakkan disiplin dan integritas di lingkungan kerja, menghapus praktik percaloan tiket, memperkenalkan sistem tiket online, melarang merokok di gerbong, serta menggratiskan fasilitas toilet di stasiun.
Bahkan pada 2008, saat KAI mengalami kerugian sebesar Rp83,5 miliar, akhirnya berhasil mendapatkan pendapatan sebesar Rp154,8 miliar pada masa awal jabatannya.
Pada 2013, pendapatan KAI terus meningkat selama kurang lebih 4 tahun, di mana jumlah nilainya mencapai Rp560,4 miliar.
Di samping itu, total aset pun ikut meningkat sebanyak lebih dari dua kali lipat, yakni dari Rp5,7 triliun menjadi Rp15,2 triliun pada 2013.
Pencapaiannya itu membuktikan kapasitasnya sebagai Dirut dari perusahaan tersebut, walaupun sebelumnya Jonan belum mempunyai track record di bisnis transportasi, terutama kereta api.
Sempat terungkap saat pertama kali Jonan menjabat, ia menyarankan agar semua toilet di stasiun dibersihkan. Menurutnya, jika toilet bisa diperbaiki, maka pelayanan lainnya juga bisa ikut diperbaiki.
Seiring waktu, masa jabatannya sebagai Dirut PT KAI harus berakhir pada tahun 2014.
Kariernya pun terus mengalami peningkatan. Kesuksesannya sebagai Dirut PT KAI turut mendorongnya menjadi salah satu menteri pada era Presiden Jokowi. Pada 2014, ia diangkat sebagai Menteri Perhubungan.
Dalam masa jabatannya, Jonan fokus memperbaiki pelayanan publik, keselamatan transportasi, dan efisiensi birokrasi di sektor perhubungan.
Selang kurang lebih 2 tahun, jabatannya sebagai Menteri Perhubungan pun dilepas pada 27 Juli 2016 tanpa alasan yang pasti dan dipublikasikan.
Namun tak butuh waktu lama, pada 14 Oktober 2016 dirinya kembali diangkat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Ia pun menjalankan jabatannya tersebut selama kurang lebih 3 tahun, yakni dari 2016 – 2019.
Selama masa jabatannya tersebut, Jonan turut andil dalam penguatan BUMN energi. Ia juga turut mengawasi proyek strategis nasional, di mana salah satunya adalah proses akuisisi saham PT Freeport Indonesia sebanyak 51 persen.
Jabatannya di ESDM menjadi posisi terakhir di sektor pemerintahan. Pasca jabatan tersebut, Jonan kembali terjun ke dunia bisnis swasta sebagai komisaris di berbagai perusahaan besar.
Saat ini, dirinya pun aktif sebagai Ketua Komite Nominasi dan Remunerasi, sekaligus Komisaris Independen PT Unilever Indonesia Tbk.
Jonan pun menjabat sebagai Komisaris Independen di PT United Tractors Tbk sejak keluarnya Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 25 April 2025.
Di samping itu, ia juga aktif sebagai Ketua sekaligus Komisaris Independen PT Anabatic Technologies Tbk, serta Ketua Marsh Indonesia.
Selain jejak karirnya yang gemilang, Jonan pernah memperoleh penghargaan bergengsi “Chevalier de la Legion d’Honneur” dari Presiden Prancis Francois Hollande pada 2016. Penghargaan tersebut merupakan bintang jasa tertinggi di negara tersebut.