Jakarta (KABARIN) - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengatakan, surat-surat Raden Ajeng Kartini yang masuk dalam Memory of the World menjadi pengakuan global atas harkat dan martabat sosok Kartini serta menginspirasi perempuan.
"Dengan ditetapkannya surat-surat R.A. Kartini dalam Memory of the World juga akan berdampak besar bagi langkah kemajuan perempuan Indonesia di masa mendatang. Dan penetapan ini merupakan pengakuan global yang tak hanya mengangkat harkat martabat Kartini saja, tapi menginspirasi setiap perempuan Indonesia," ungkap Fadli dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Salah satu koleksi Indonesia yang ditambahkan dalam Memory of the World itu adalah surat- surat Raden Ajeng Kartini. Ia pun mengapresiasi penuh dan mengucapkan terima kasih kepada ANRI yang telah menyelenggarakan kegiatan pameran dan seminar yang berkaitan dengan pemikiran Kartini dan kesetaraan masa kini.
Menurutnya, lima koleksi arsip Indonesia, beberapa di antaranya pengajuan bersama, telah menjadi bagian dari 74 inskripsi terbaru di dunia yang ditambahkan ke dalam Memory of the World Register oleh UNESCO.
"Surat-surat Kartini tentu memberikan inspirasi, terutama kepada kaum perempuan yang waktu itu masih mengalami keterbatasan dalam memperoleh pendidikan. Kalau kita lihat di Amerika Serikat, setelah berapa tahun lamanya perempuan boleh mempunyai hak untuk memilih, sekitar tahun 1920-an, atas perjuangan yang juga sangat panjang. Setelah 100 tahun lebih merdeka, baru mempunyai women voting rights pada tahun 1920 atau 1921," jelasnya.
"Di Indonesia (women voting rights) terjadi saat Kongres Perempuan Indonesia tahun 1928, tepatnya tanggal 22 Desember. Ketika itu, perempuan Indonesia sudah leading," lanjut Menbud.
Menurut dia, dengan masuknya surat-surat Kartini ke dalam Memory of the World ini, menandakan dunia mengakui warisan intelektual, sumbangan pikiran Indonesia terhadap perkembangan peradaban global.
Ia mengatakan, khusus pada warisan intelektual Kartini, masyarakat juga boleh bangga bahwa cara pandang dan semangat perempuan Indonesia terhadap pendidikan, emansipasi, kesetaraan, serta sumbangan pikiran terhadap kebangsaan, telah menjadi ingatan bersama masyarakat dunia, menjadi memori kolektif untuk pembelajaran dan fondasi membangun dunia yang lebih baik.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifatul Choiri Fauzi mengatakan bahwa pemikiran progresif Raden Ajeng Kartini tentang martabat, hak pendidikan, dan kesetaraan gender yang melampaui zamannya, tertuang melalui tulisan-tulisan yang berharga dan tetap relevan untuk diabadikan, agar masyarakat dapat terus belajar dalam meneruskan perjuangannya.
"Mengarsip surat-surat Raden Ajeng Kartini sebagai bagian dari Memory of the World bukan sekadar tindakan administratif, melainkan langkah simbolik, praktis, dan strategis untuk menjaga warisan intelektual perempuan Indonesia yang visioner dalam konteks global," ucapnya.