Rusia berharap Kamboja dan Thailand selesaikan konflik secara damai

waktu baca 2 menit

Moskow (KABARIN) - Rusia menyampaikan keprihatinannya terhadap meningkatnya ketegangan di perbatasan Kamboja–Thailand dan menyerukan kedua negara untuk mencari jalan damai. Hal itu disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, pada Kamis.

"Kami menyampaikan keprihatinan kami atas eskalasi konflik perbatasan Kamboja-Thailand baru-baru ini. Kami berharap melalui dialog bilateral, kedua belah pihak akan melanjutkan implementasi deklarasi bersama tentang penyelesaian konflik tersebut," ujar Zakharova.

Ia juga mengingatkan bahwa perjanjian itu ditandatangani di sela-sela KTT ASEAN di Kuala Lumpur pada 26 Oktober.
"Kami menganjurkan penyelesaian semua perselisihan hanya melalui cara damai," tambahnya.

Zakharova menyebut konflik semacam ini memiliki akar panjang dari kebijakan kolonial Barat, yang semakin terasa dampaknya di tengah menurunnya stabilitas kawasan Asia-Pasifik. Karena itu, ia menekankan pentingnya persatuan dan solidaritas ASEAN dalam menangani konflik-konflik historis.

Ketegangan terbaru di perbatasan kedua negara memuncak pada 10 November, ketika empat tentara Thailand terluka akibat ranjau darat saat berpatroli di sepanjang garis demarkasi sementara berdasarkan protokol perbatasan tahun 2000 dan 2001. Insiden itu membuat Thailand menangguhkan perjanjian damai yang dicapai dengan Kamboja pada Oktober.

Militer Thailand kemudian menemukan tiga ranjau tambahan di dekat lokasi ledakan.
Kamboja membantah memasang ranjau baru dan menyebut bahwa patroli Thailand telah memasuki wilayahnya, yang memang masih dipenuhi ranjau peninggalan Perang Saudara Kamboja.

Situasi ini turut mendapat perhatian negara tetangga. Pada 13 November, Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad Hasan berharap kedua pihak dapat "tenang dan melanjutkan proses perdamaian."
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, yang memegang posisi Ketua ASEAN 2025, disebut telah berbicara dengan para pemimpin Kamboja dan Thailand untuk menegaskan komitmen mereka pada proses perdamaian.

Sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja memang sudah berlarut puluhan tahun. Ketegangan berubah menjadi konflik bersenjata pada 24 Juli, ketika kedua negara saling melepaskan tembakan artileri dan serangan udara, menimbulkan korban jiwa termasuk warga sipil.

Kedua pihak akhirnya mengumumkan gencatan senjata pada 4 Agustus, yang kemudian disusul dengan kesepakatan resmi terkait implementasinya. Namun, insiden terbaru membuat situasi kembali memanas, dan kini dunia termasuk Rusia menunggu komitmen keduanya untuk meredakan tensi melalui jalur dialog.

Sumber: Sputnik-OANA

Bagikan

Mungkin Kamu Suka