Istanbul (KABARIN) - Rusia menyebut Amerika Serikat diperkirakan akan menghubungi mereka dalam waktu dekat untuk membicarakan rancangan rencana perdamaian yang diajukan Washington untuk Ukraina. Meski begitu, belum ada kepastian soal jadwal atau siapa yang akan dikirim dalam pembicaraan tersebut.
Yuri Ushakov selaku Pembantu Presiden Rusia untuk Urusan Luar Negeri menjelaskan bahwa Moskow memang menerima beberapa sinyal dari Washington mengenai kemungkinan adanya kontak langsung. Hanya saja, belum muncul proposal resmi yang menetapkan waktu maupun delegasi yang akan datang.
“Saya kira wajar menunggu AS menghubungi kami untuk pertemuan langsung dan memulai pembicaraan,” ujar Ushakov seperti dikutip Tass, Senin.
Ia menambahkan bahwa hingga kini belum ada titik temu yang jelas terkait teknis pertemuan tersebut dan masih banyak dugaan beredar mengenai isi rencana AS.
Ushakov juga mengatakan informasi yang beredar di luar sangat beragam sehingga sulit memastikan mana yang akurat. Ia menegaskan Rusia hanya akan berpegang pada kabar yang diterima melalui jalur resmi.
“Rubio menyebut pertemuan Geneva dengan Ukraina memuaskan, dan ada 28 poin, juga 26 poin. Banyak informasi beredar. Sulit menentukan yang benar. Kami hanya percaya informasi resmi yang diterima,” katanya.
Menurut Ushakov, Rusia memang mengetahui satu versi rancangan perdamaian AS yang sempat dibahas dalam pertemuan di Alaska awal tahun ini. “Tidak semua, tapi banyak ketentuan dalam rencana ini sepenuhnya dapat diterima. Beberapa elemen lain butuh negosiasi formal dan rinci,” tambahnya. Ia menjelaskan bahwa rencana berisi 28 poin itu masih perlu dibahas lebih mendalam karena belum ada dialog komprehensif antara masing-masing pihak.
Terkait dengan dokumen yang beredar, Ushakov menegaskan bahwa isi rencana itu masih dalam proses kajian bersama banyak negara sehingga sangat mungkin mengalami revisi. “Ini masalah serius. Isi dokumen belum dibahas secara terstruktur dengan Rusia,” jelasnya.
Rencana perdamaian AS tersebut sebelumnya dibahas di Geneva bersama Ukraina dan sejumlah negara Eropa. Meski begitu, Donald Trump menilai rancangan itu belum menjadi penawaran akhir. Komentar itu langsung memicu kekhawatiran dari pihak Ukraina dan para sekutu.
Dalam rancangan itu Ukraina diminta menyerahkan wilayah tambahan, mengurangi kekuatan militer, serta melepas ambisi masuk NATO. Trump memberi batas waktu hingga Kamis bagi Ukraina untuk memberikan tanggapan.
Presiden Volodymyr Zelenskyy pun menilai keputusan itu sebagai pilihan yang sangat sulit karena menyangkut harga diri sekaligus masa depan hubungan dengan para sekutunya.
Pemimpin dari sembilan negara Eropa ditambah Jepang, Kanada, dan pejabat Uni Eropa mengingatkan bahwa pembatasan kekuatan militer akan membuat Ukraina semakin rentan terhadap ancaman berikutnya.