Luhut tegas bantah tuduhan kepemilikan PT Toba Pulp Lestari

waktu baca 2 menit

Setiap klaim yang beredar terkait kepemilikan atau keterlibatan beliau merupakan informasi yang keliru dan tidak berdasar.

Jakarta (KABARIN) - Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan menepis isu yang menyebut dirinya terlibat atau punya hubungan kepemilikan dengan PT Toba Pulp Lestari. Melalui Juru Bicara Jodi Mahardi, ia memastikan informasi yang beredar belakangan ini tidak sesuai fakta.

“Sehubungan dengan beredarnya berbagai informasi yang simpang siur di media sosial maupun ruang publik, kami sampaikan informasi tersebut adalah tidak benar.” ujar Jodi dalam keterangan tertulis.

Jodi menegaskan Luhut sama sekali tidak memiliki hubungan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan perusahaan tersebut.

“Setiap klaim yang beredar terkait kepemilikan atau keterlibatan beliau merupakan informasi yang keliru dan tidak berdasar.” ucapnya.

Ia menjelaskan bahwa Luhut selalu mengikuti aturan, mulai dari transparansi, etika pemerintahan, sampai pengelolaan potensi konflik kepentingan. Luhut juga siap menjalani berbagai proses klarifikasi serta mengajak publik menyaring informasi dari sumber yang terpercaya.

Jodi mengingatkan semua pihak agar lebih teliti sebelum menyebarkan kabar yang belum diverifikasi. Ia berharap ruang digital tetap digunakan dengan etika supaya tidak menimbulkan disinformasi yang merugikan.

“Untuk memastikan akurasi dan mencegah penyebaran informasi palsu, kami mempersilakan media maupun publik untuk melakukan klarifikasi langsung kepada pihak kami apabila diperlukan.” tuturnya.

Sebelumnya, Luhut juga menjelaskan kembali sejarah pembangunan kawasan industri Morowali yang kini menjadi pusat aktivitas PT Indonesia Morowali Industrial Park. Ia menyebut proyek itu dimulai pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan diresmikan pada masa Presiden Joko Widodo.

“Salah satu tonggak awalnya adalah pembangunan kawasan industri Morowali yang dimulai pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan diresmikan pada era Presiden Joko Widodo. Dari situlah lahir pemikiran bahwa Indonesia tidak boleh terus mengekspor bahan mentah.” ujar Luhut.

Luhut mengungkapkan bahwa mencari investor asing pada saat itu bukan hal yang mudah. Setelah melakukan berbagai kajian, hanya Tiongkok yang dianggap siap dari segi teknologi, pasar, dan investasi yang dibutuhkan Indonesia.

“Tentu dalam perjalanannya terdapat banyak tantangan. Tetapi setiap keputusan kami buat melalui proses yang terpadu, transparan, dengan perhitungan untung-rugi yang jelas, dan yang menjadi titik pijak utama saya adalah kepentingan nasional.” kata Luhut.

Ia menambahkan bahwa setiap kerja sama dengan investor strategis selalu memuat ketentuan tertentu agar manfaat yang didapat Indonesia maksimal. Ketentuan itu berlaku untuk semua mitra internasional, termasuk Tiongkok, dan menyangkut penggunaan teknologi terbaik, tenaga kerja lokal, hingga transfer teknologi dan peningkatan kapasitas.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka