Jakarta (KABARIN) - Meta kembali menegaskan misi besarnya untuk bikin teknologi kecerdasan buatan jadi lebih terbuka dan mudah digunakan oleh siapa saja. Upaya ini dilakukan lewat pengembangan sistem yang aman, transparan, dan bisa diakses luas oleh pengguna.
“Teknologi itu tidak boleh hanya dikuasai oleh segelintir orang. AI harus bisa dimanfaatkan semua orang, dan distribusi Meta AI yang sudah melampaui 1 miliar pengguna menunjukkan arah itu,” kata Country Director Meta untuk Indonesia, Pieter Lydian. Pernyataan itu ia sampaikan saat memaparkan perkembangan Meta AI di Jakarta.
Pieter menjelaskan bahwa Meta AI kini sudah dipakai lebih dari 1 miliar pengguna aktif setiap bulan. Angka itu menjadi bagian dari ekosistem besar Meta yang menaungi 3,4 miliar pengguna global lewat Instagram, Facebook, dan WhatsApp. Ia menyebut pencapaian tersebut sebagai langkah penting untuk memperluas akses publik terhadap teknologi AI.
Meta membangun sistem AI berdasarkan lima prinsip yang selalu dijadikan pedoman. Prinsip itu mencakup mitigasi risiko, perlindungan privasi, transparansi, kontrol pengguna, akuntabilitas yang jelas, serta akses terbuka untuk semua kalangan. Prinsip inilah yang menjadi acuan Meta dalam merancang berbagai produk berbasis AI.
Menurut Pieter, perkembangan AI saat ini baru masuk tahap awal meski dampaknya sudah terasa besar di kehidupan sehari-hari. Meta melihat adopsi AI berlangsung sangat cepat, terutama di bidang generative AI, multimodal AI yang bisa mengolah teks hingga gambar, serta agentic AI yang mampu menjalankan instruksi otomatis.
Ia menambahkan bahwa Meta akan terus berinvestasi untuk menghadirkan teknologi AI yang inklusif, aman, dan bermanfaat. Fokusnya ada pada pengembangan fitur yang mendukung interaksi sosial, komunikasi, sampai konsumsi informasi digital.
“Adopsinya sangat cepat, baik oleh pekerja maupun perusahaan. Kami ingin menjadi pelaku, bukan sekadar pengamat, karena AI akan membentuk masa depan interaksi digital,” ujar Pieter.