Oto

Pelaku industri otomotif dorong insentif agar pasar mobil kembali bergerak

waktu baca 3 menit

Jakarta (KABARIN) - Pelaku industri otomotif yang memiliki pabrik di Indonesia menilai dorongan kebijakan berupa insentif masih dibutuhkan untuk mengangkat penjualan mobil pada 2026. Menurut mereka, kondisi pasar saat ini belum sepenuhnya pulih sehingga perlu stimulus agar roda industri tetap berputar.

Marketing Director PT Toyota-Astra Motor Jap Ernando Demily mengatakan kebijakan insentif pernah terbukti efektif mengangkat penjualan. Ia menyinggung pengalaman pada 2021 saat relaksasi PPnBM diterapkan, di mana penjualan mobil melonjak signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Ia menilai situasi saat ini memiliki kemiripan karena permintaan masih tertahan dan produksi dalam negeri harus tetap dijaga. Menurutnya, kebijakan yang tepat dapat memperkuat industri otomotif dari hulu hingga hilir.

"Kebijakan insentif terutama pada model elektrifikasi yang ada saat ini tentu perlu kita evaluasi bersama ya, terkait bagaimana dampaknya pada market secara keseluruhan. Lebih dari itu, kebijakan yang diluncurkan baiknya tidak hanya berdampak positif pada market tetapi juga industri otomotif secara keseluruhan. Sehingga pertumbuhan demand masyarakat bisa sejalan dengan pertumbuhan industri nasional," kata Ernando.

Sementara itu, Marketing Director PT Honda Prospect Motor Yusak Billy menilai insentif dapat membantu konsumen dalam mengambil keputusan membeli kendaraan, terutama saat kondisi pasar sedang melemah.

Namun, ia mengingatkan bahwa capaian penjualan dalam jumlah besar tetap dipengaruhi banyak faktor, seperti kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat.

"Honda melihat insentif sebagai salah satu faktor yang dapat mendorong permintaan dan mempermudah keputusan pembelian kendaraan. Namun pencapaian volume hingga 1 juta unit tetap perlu dikaji lebih lanjut karena dipengaruhi kondisi ekonomi dan daya beli. Insentif pemerintah dapat membantu menjaga momentum industri saat pasar melemah," ujar Billy.

Ia menambahkan bahwa pemerintah diyakini memiliki pertimbangan matang dalam merumuskan kebijakan insentif agar sejalan dengan tujuan jangka panjang industri otomotif nasional.

"Apapun bentuk insentifnya, kami yakin pemerintah memiliki kebijakan yang mendukung industri dan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, dan apapun bentuk insentifnya kami yakin pemerintah memiliki kebijakan yang baik dan adil atau 'fair' untuk semua teknologi kendaraan yang mendukung industri dan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan," kata dia.

Dari sisi pemain baru, Marketing Director PT Jetour Sales Indonesia Moch Ranggy Radiansyah menilai insentif yang langsung dirasakan konsumen akan memberikan dampak cepat terhadap penjualan.

Ia mengatakan kebijakan semacam itu bisa langsung menggerakkan pasar, terutama ketika konsumen masih cenderung menahan belanja.

"Ya, pasti kalau insentif yang impact-nya direct ke konsumen, itu akan ada impact juga ke penjualan secara langsung. Tapi secara general Jetour mendukung gerakan pemerintah terutama yang terkait industri ya," katanya.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, penjualan mobil sepanjang Januari hingga Oktober 2025 tercatat 634.844 unit secara wholesales. Angka tersebut turun 10,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 711.064 unit.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka