Toyota optimistis pasar mobil RI bisa sentuh angka 800 ribu unit

waktu baca 2 menit

Ya mungkin diusahakan close di 800 (ribu) ya. Kalau close 800 (ribu), mahkotanya (penjualan mobil terbanyak di Asia Tenggara) bisa diambil Malaysia,

Jakarta (KABARIN) - Toyota berharap kinerja penjualan mobil di Indonesia hingga akhir 2025 bisa menembus angka 800 ribu unit. Target tersebut dinilai penting agar pasar otomotif nasional tetap kompetitif di kawasan Asia Tenggara.

Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Bob Azam menyebut capaian tersebut masih mungkin dikejar jika kondisi pasar bergerak positif hingga tutup tahun.

“Ya mungkin diusahakan close di 800 (ribu) ya. Kalau close 800 (ribu), mahkotanya (penjualan mobil terbanyak di Asia Tenggara) bisa diambil Malaysia,” kata Bob dalam keterangannya yang dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.

Bob mengingatkan bahwa jika penjualan mobil nasional kalah dari Malaysia, dampaknya tidak hanya soal angka. Menurut dia, situasi tersebut bisa memengaruhi kepercayaan investor terhadap industri otomotif Tanah Air.

“Kalau diambil Malaysia ya investasi nanti yang kita khawatirkan akan masuk ke sana,” ujarnya.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia menunjukkan penjualan mobil secara wholesales sepanjang Januari hingga Oktober 2025 masih berada di angka 634.844 unit. Jumlah tersebut turun sekitar 10,6 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 711.064 unit.

Sementara itu, penjualan secara retail pada periode yang sama tercatat 660.659 unit. Angka ini juga mengalami penurunan sebesar 9,6 persen dibandingkan tahun lalu yang menyentuh 731.113 unit.

Bob menilai salah satu cara untuk mendongkrak pasar adalah melalui kebijakan stimulus seperti yang pernah dilakukan pemerintah beberapa tahun lalu. Menurutnya, relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah pada 2021 terbukti mampu mendorong minat beli masyarakat sekaligus menggerakkan ekonomi.

“PPN itu demand creation, itu otomatis mengguyur likuiditas ke masyarakat,” kata Bob.

Ia menambahkan kebijakan serupa juga diterapkan di negara lain dan hasilnya cukup signifikan. Insentif pajak dinilai efektif meningkatkan daya beli sekaligus memperkuat pertumbuhan ekonomi secara luas.

“Sangat, sangat (efektif), dan itu juga diterapkan di negara lain seperti Vietnam, yang menurunkan PPN, dan sekarang tumbuh ekonominya 78 persen. Malaysia juga memberikan insentif PPN. Jadi banyak negara-negara memberikan insentif dalam bentuk penurunan PPN,” kata Bob.

Menurut Bob, ketika ekonomi bergerak naik, dampaknya juga akan dirasakan langsung oleh negara. “Itu yang kita harapkan, karena kalau misalnya ekonomi meningkat, maka revenue pemerintah juga naik,” ujarnya.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka