Jakarta (KABARIN) - Badan Gizi Nasional (BGN) menyebut program Makan Bergizi Gratis (MBG) dapat menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan yang mendorong pertumbuhan sektor pariwisata secara nasional.
"Sekarang Indonesia menjadi pusat perhatian karena tiba-tiba dari negara bukan pemberi makan dalam waktu 8 bulan, sudah bisa memberi makan lebih dari 15 juta (jiwa)," kata Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana dalam acara penandatanganan MoU bersama Kementerian Pariwisata di Jakarta, Rabu.
Dadan mengatakan Indonesia saat ini mendapatkan sorotan dunia karena mampu menyelenggarakan program MBG yang menyasar puluhan juta penerima manfaat. Penyelenggaraan program itu dinilai lebih unggul dari Finlandia yang perlu mempersiapkan sistem selama 5 tahun, untuk dapat memberikan makanan bergizi pada penduduk yang jumlahnya hanya sekitar 5,2 juta jiwa.
"Sekarang kita sudah memberi makan 15 juta (jiwa), itu artinya tiga negara sekaliannya Skandinavia sudah kita beri makan. Kalau New Zealand (Selandia Baru) kita sudah memberi makan 5,2 juta penduduk, ditambah 10 juta domba karena (di sana) sudah tidak ada penduduk lagi," lanjutnya.
Besar capaian dari program MBG, katanya, juga sudah setara dengan memberi makan seluruh penduduk di Singapura termasuk dengan turis-turis yang berkunjung, bahkan masih lebih besar dari memberi makan penduduk Brunei Darussalam ditambah dengan jumlah penduduk Selandia Baru.
Dengan adanya ketertarikan tersebut, Dadan juga menilai bahwa program itu akan menjadi salah satu daya tarik dalam mengembangkan sektor pariwisata di Indonesia.
"Apa yang kita lakukan dalam 8 bulan sudah melebihi mereka, jadi ini membuat mereka kaget dan kelihatannya akan menjadi pusat kunjungan (untuk berwisata ke Indonesia)," ucap dia.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh BGN menjalin kolaborasi bersama Kementerian Kesehatan untuk memperkuat pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis yang merupakan salah satu agenda nasional pemerintah.
Kolaborasi yang akan terjalin nantinya berupa pemberian dukungan seperti pendampingan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan pelibatan desa wisata dalam Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Ia menyampaikan sejauh ini satuan pelayanan pemenuhan gizi di seluruh Indonesia sudah mencapai sekitar 5.235 unit dan sebanyak 17 ribu unit masih dalam tahap verifikasi.
"Kami targetnya akan ada 30 ribu satuan pelayanan pemenuhan gizi yang bisa melayani 82,9 juta, termasuk nanti beberapa SPPG di daerah-daerah terpencil," ujar dia.
Selain dengan target sasaran yang besar, SPPG di berbagai daerah juga dapat menjadi pusat wisata. Dadan menyebut SPPG mampu menyiapkan porsi makanan dalam jumlah yang besar, bahkan sanggup membantu korban yang terdampak bencana atau musibah seperti banjir.
Salah satu contohnya yakni ketika terjadi banjir di Cikarang. Ia bercerita Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sempat mendirikan tenda, namun petugasnya kebingungan untuk mencari pihak yang siap mengelola makan bagi para korban.
"Ternyata ada SPPG setempat, akhirnya 150 orang yang terdampak kita bisa beri makan pagi, siang, malam dengan cepat. Begitu SPPG siap, logistik siap, anggarannya siap, sehingga kapanpun terjadi bencana kita siap menghadapi hal tersebut," ucap dia.
Kekuatan MBG juga terletak dari kerja sama dengan para supplier yang berasal dari UMKM lokal. Hal ini membawa dampak baik bagi perputaran perekonomian karena supplier mendapatkan pesanan langsung dalam jumlah yang tinggi.
Ia mencontohkan salah satu SPPG di Tangerang Selatan setidaknya membutuhkan 3 ribu lele setiap hari. Ada pula SPPG yang membutuhkan sebanyak 200 kilogram beras per hari, 3 ribu telur per hari hingga 450 liter susu setiap harinya.
Dadan menyatakan pemerintah sedang mengejar target untuk dapat melayani minimal 20 juta penerima manfaat melalui MBG. Pemerintah juga menargetkan sebanyak 82,9 juta jiwa yang terdiri atas ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, anak sekolah tingkat PAUD sampai SMA dapat terlayani dengan baik.