Jakarta (KABARIN) - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu upaya pemerintah meningkatkan gizi anak-anak Indonesia kini tengah menghadapi tantangan serius berupa kasus keracunan makanan di beberapa wilayah. Badan Gizi Nasional (BGN) mengungkap bahwa sebagian besar kasus ini disebabkan oleh adanya bakteri berbahaya yang masuk ke dalam makanan.
Dua bakteri utama yang paling sering terdeteksi adalah salmonella dan bacillus cereus. Salmonella biasanya ditemukan pada ayam, telur, dan sayuran, sementara bacillus cereus sering menyerang makanan berbasis mie atau nasi yang disimpan terlalu lama.
Mengenal Bakteri Salmonella:
Salmonella adalah bakteri berbentuk batang dan termasuk keluarga enterobacteriaceae. Bakteri ini cukup tangguh dan mampu bertahan bahkan di lingkungan asam seperti lambung manusia. Salmonella bisa menyebabkan keracunan makanan dan gangguan pencernaan dengan gejala mulai dari diare, demam, mual, sakit kepala, hingga kram perut yang muncul dalam waktu 8-72 jam setelah terinfeksi.
Bakteri ini menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dan juga bisa menular lewat kontak fisik atau air yang terkontaminasi. Anak-anak, lansia, dan mereka dengan sistem kekebalan tubuh rendah paling rentan terinfeksi. Mengonsumsi makanan seperti daging sapi, unggas, telur, dan susu yang tercemar menjadi risiko utama.
Bakteri Bacillus Cereus dan Dampaknya:
Bacillus cereus merupakan bakteri pembentuk spora yang menghasilkan racun berbahaya bagi tubuh. Dua jenis racun yang dihasilkan bisa menyebabkan muntah-muntah (sindrom emetik) yang muncul cepat dalam 1-6 jam setelah makan, atau diare (sindrom enterotoksin) yang gejalanya muncul dalam 6-15 jam setelah konsumsi makanan terkontaminasi.
Bakteri ini sering ditemukan pada nasi yang sudah matang dan dibiarkan lama, serta makanan bertepung seperti mie, pasta, keju, kue kering, sushi, dan kentang. Gejalanya meliputi mual, muntah, kram perut, dan diare yang bisa disertai darah atau lendir.
Kasus keracunan dari program MBG yang berlangsung dari Januari hingga September 2025 sudah teridentifikasi sebanyak 70 kasus dengan hampir 6.000 penerima terdampak. Menanggapi situasi ini, Presiden Prabowo menginstruksikan agar dapur-dapur yang mengelola MBG dilengkapi dengan alat uji (test kit) untuk memastikan makanan yang disajikan aman dan bergizi bagi anak-anak.
Langkah ini penting untuk menjaga kesehatan generasi muda sekaligus menegaskan komitmen pemerintah dalam menyediakan makanan bergizi yang juga aman. Jadi, tetap waspada dan pastikan makanan yang dikonsumsi terjamin kebersihannya agar kesehatan tetap terjaga optimal!