Ahli klarifikasi mitos soal mammografi bisa picu kanker

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Masih banyak orang yang percaya kalau mammografi bisa memicu kanker karena paparan radiasi. Padahal, secara medis anggapan itu tidak benar. Mammografi tetap jadi standar utama skrining kanker payudara di seluruh dunia.

CEO MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr Edy Gunawan, mengatakan perempuan sebaiknya tidak menunda pemeriksaan ini. “Kami mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk tidak menunda pemeriksaan skrining kanker payudara. Kami berharap, pengalaman yang sebelumnya mencemaskan kini berubah menjadi lebih cepat, lembut, dan menenangkan, karena setiap detik yang diselamatkan bisa berarti kesempatan hidup yang lebih besar,” ujarnya.

Secara teknis, radiasi dari mammografi digital sangat kecil. Rata-rata hanya 0,4 mSv atau setara paparan radiasi alami selama tujuh minggu. Bahkan risikonya diperkirakan hanya 1–10 kasus per 100 ribu perempuan. Angka itu jauh lebih kecil dibandingkan manfaat besar dari deteksi dini kanker payudara.

Untuk meningkatkan kenyamanan pasien, MRCCC Siloam Hospitals Semanggi bersama Siemens Healthineers memperkenalkan teknologi mammografi 3D terbaru bernama Mammomat B.brilliant. Dengan alat ini, proses pemindaian hanya butuh waktu lima detik. Sudut pemindaian juga lebih lebar sehingga gambar yang dihasilkan lebih detail, terutama untuk karakter payudara perempuan Asia yang cenderung padat.

dr Edy menambahkan, “Mammomat B.briliant tidak sekadar peningkatan teknologi, ini adalah penegasan dari komitmen kami untuk mengutamakan pengalaman medis pasien kami, khususnya bagi pasien perempuan."

Survei American Journal of Roentgenology mencatat lebih dari 70 persen pasien percaya manfaat mammografi jauh lebih besar dibanding risikonya. Deteksi sejak dini bukan hanya meningkatkan peluang sembuh, tapi juga menekan biaya pengobatan karena kanker bisa ditangani sebelum berkembang lebih parah.

Di Indonesia sendiri, kanker payudara masih jadi kasus terbanyak. Data GLOBOCAN 2022 mencatat ada lebih dari 66 ribu kasus baru dan sekitar 22 ribu kematian. Karena itu, organisasi kesehatan dunia menyarankan perempuan berusia 40 tahun ke atas atau yang punya faktor risiko untuk rutin melakukan mammografi.

Edukasi tentang keamanan prosedur ini penting supaya perempuan tidak lagi ragu menjalani skrining. Semakin cepat kanker payudara terdeteksi, semakin besar peluang sembuh dan kualitas hidup pun bisa lebih baik.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka